Raksasa itu menggeram, tetapi ia tidak bisa bergerak. Para bidadari itu berhasil melumpuhkannya dengan kekuatan mereka
"Kalian berhasil," katanya dengan suara berat, "namun satu hal yang harus kalian tahu, aku bukan musuh. Aku hanya penjaga air terjun ini. Dan tempat ini butuh cinta dan ketulusan, bukan keserakahan."
Tujuh bidadari tersentak. Mereka telah bertindak gegabah. Mereka merasa bersalah dengan tindakan yang telah dilakukan.
"Air terjun ini akan kembali jernih jika kalian benar-benar bekerja sama dan melakukannya dengan hati. Itu adalah kunci sebenarnya."
Sejak hari itu, tujuh bidadari benar-benar bekerja sama. Mereka membersihkan lumut, mengangkat batu, dan menata kembali aliran sungai. Sedikit demi sedikit, air yang keruh berubah jernih, dan pelangi mulai muncul di air terjun.
Saat mereka merasa tugas selesai, langit di atas mereka mulai berpendar. Sang Raja Theo dan Ratu Katarin muncul.
"Kalian telah belajar arti kebersamaan," ujar Sang Ratu Katarin, "kembalilah ke negeri atas awan."
Namun, saat cahaya hendak membawa mereka pulang, sesuatu yang mengejutkan terjadi. Fairy, si bungsu, tetap berdiri di tempatnya.
"Kenapa kau tidak ikut, Fairy?" tanya Anastasia. Dia memandang adiknya heran.
Fairy tersenyum lembut. "Aku ingin tetap di sini, Kak."
"Apa? Kenapa?" tanya Raina kaget. Dia tak mengerti perubahan sikap saudaranya itu.