Saat dirinya berpikir tentang Centini, degup jantungnya semakin keras. Ah...inikah yang namanya cinta yang dulu pernah dirasakannya. Arman masih ingat saat -saat SMA dulu. Dengan diam- diam, dia sering mencuri pandang ketika Centini sedang berlatih di aula sekolah. Dia sangat mengagumi Centini. Rasa yang akhirnya berubah menjadi benih- benih cinta. Namu, dia tak pernah memiliki keberanian untuk mengungkapkan segala rasa kepada Centini. Setelah lima belas tahun kini rasa itu kembali hadir di hatinya. Terlambatkah?
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!