"Mengapa nenek berteriak minta tolong?" tanya pak Burhan dari jarak dua meter.
"Saya belum makan dari kemarin. Saya tidak punya uang untuk membeli makanan. Toloooong saya," ujar si nenek dengan suara memelas.
"Tapi nenek tidak sakit?" tanyanya lagi.
"Tidak,pak. Saya cuma lapar,"jawab si nenek sambil memegang perutnya.
Pak Burhan mengeluarkan makanan yang dibawa dari rumah tadi.Â
"Ini ,Nek. Saya bawa bekal makanan. Mungkin bisa mengurangi rasa lapar nenek. Ya hanya dengan tempe, tahu dan telur saja sih," kata pak Burhan sedikit mendekati si nenek. Si nenek mengambil tempat makan pak Burhan.
"Terima kasih ya, pak. Ini sudah cukup," ujar si nenek tadi.
Kemudian pak Burhan merogoh saku kemejanya. Dia mengambil selembar lima puluh ribuan. Biarlah dia membagi sisa saldo ATM nya. Nenek ini lebih membutuhkan. Untuk isterinya, masih ada harapan uang honor akan cair siang ini.
 "Ini Nek. Ada sedikit uang untuk membeli makanan buat nanti. Diterima ya. Nek," ujar pak Burhan sambil berdiri.Â
Si nenek mengucapkan terima kasih berulang-ulang dan serentetan doa untuknya keluar dari mulut nenek itu Dia berniat akan melanjutkan perjalanannya ke sekolah. Pasti dia sudah terlambat kali ini.Â
Untung saja  saat tiba di sekolah, dia melihat mobil kepala sekolah tidak ada. Mungkin dia belum datang. Hanya beberapa guru yang piket saja yang datang karena memang diwajibkan mengajar dari rumah. Karena dirinya terkendala kuota maka dia harus setiap hari pergi ke sekolah.Â