Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Guru - Belajar Sepanjang Hayat

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Guru Burhan

14 Desember 2020   01:36 Diperbarui: 14 Desember 2020   07:01 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Saru-satu pengantre masuk ke bilik ATM. Sampai akhirnya dia mendapat giliran. Saat melihat saldo hanya tersisa 150.000,00. Akhirnya uang yang sedikit itu dia ambil. Ketika dia melihat lantai, ada suatu benda hitam terselip di bak sampah . Dia mengamati benda itu. Rupanya sebuah tas kerja. Ketika dia membuka tas itu, terlihat tumpukan uang warna merah, beberapa kartu kredit ,ATM dan beberpa berkas. Mungkin milik bapak berpakaian perlente tadi.Dia lupa kalau tasnya dia letakan di bawah mesin ATM.

Segera pak Burhan keluar dari bilik  ATM. Dia mencari -cari bapak itu namun tak ditemukannya.

Akhirnya dia menghampiri petugas keamanan.

"Maaf, pak. Saya mengganggu. Tadi saat saya mengambil uang di ATM, saya menemukan tas ini. Mungkin pemiliknya adalah bapak yang mengambil uang sebelum saya. Ketika saya cari, dia tidak terlihat."

"Baik, Pak. Saya amankan,ya. Pasti pemiliknya akan mencari ke sini," ujar petugas tersebut. Kemudian dia mengambil selembar buku untuk mencatat laporan.

"Maaf, pak. Mengapa Bapak tidak membawa pulang saja tas itu. Mungkin saja tas itu berisi uang yang cukup banyak?" tanya petugas itu . Mungkin dia menguji kejujurannya.

"Saya tidak mau memakan uang yang bukan hak saya," jawab pak Burhan santai. Petugas keamanan itu tersenyum mendengar jawaban darinya. Kemudian dia menyalaminya

Setelah itu dia melanjutkan perjalanannya. Kali ini langkahnya dipercepat karena sudah siang. Saat dia melewati halte angkutan, dia melihat seorang nenek sedang bersandar di besi halte. 

Awalnya dia tidak peduli karena dia harus mengajar on line. Pasti murid-muridnya sudah menunggu. Beberapa orang lainnya juga bersikap sama dengannya.

"Toloooooong," rintih si nenek seperti menahan rasa sakit. Pak Burhan melihat tak ada seorang pun yang mau menolong si nenek itu. Mungkin mereka takut bila si nenek terpapar Covid 19.

Hati kecilnya mulai ragu untuk melanjutkan perjalanannya dan menolong nenek itu. Tapi dia juga takut akan ditegur oleh pimpinan karena terlambat datang. Sejenak pak Burhan berdoa. Akhirnya dia memutuskan untuk menolong si nenek. Dia mendekati si nenek tentu saja dengan tetap mengggunakan maskernya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun