Mohon tunggu...
nidaaafiya
nidaaafiya Mohon Tunggu... Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga (24107030101)

نيد اافيا

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Menjual dimsum dengan varian yang berbeda meskipun banyak saingan nya

13 Juni 2025   21:57 Diperbarui: 13 Juni 2025   21:57 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap malam menjelang, sebuah gerobak sederhana di depan Alfamart Jalan Kaliurang Km. 13, tepatnya di antara keramaian lalu lalang kendaraan, mulai menebarkan aroma harum yang menggoda. Bukan aroma sate atau martabak, melainkan uap hangat dari kukusan bambu yang berisi dimsum nan lembut. Di balik gerobak itu, sosok Pak Kumis ---begitu kami akrab memanggilnya--- dengan ramah menyambut setiap pembeli yang mampir.

Penasaran dengan kisah di balik kelezatan dimsum yang selalu ludes terjual ini, saya memberanikan diri untuk mengobrol lebih jauh dengan Pak Kumis di sela-sela kesibukannya melayani pembeli. Sore itu, semilir angin Kaliurang menemani obrolan kami, sesekali terpotong oleh suara klakson kendaraan yang lewat.

Dari Mana Datangnya Ide?

"Awalnya ya iseng-iseng aja, Mas," ujar Pak Kumis sambil tersenyum tipis, matanya menatap deretan dimsum aneka rupa yang baru saja ia susun. "Dulu saya pernah ikut kerja di restoran dimsum di Jakarta, dari situ sedikit banyak belajar cara bikinnya. Pulang ke Jogja, kok terpikir buat coba jualan sendiri. Ya udah, nekat aja."

Kenekatan Pak Kumis ini bukan tanpa alasan. Ia melihat potensi pasar yang cukup besar di kawasan Jalan Kaliurang, terutama dengan banyaknya mahasiswa dan pekerja yang mencari camilan hangat dan mengenyangkan. "Kalau di restoran kan harganya lumayan ya, Mas. Nah, saya pengen bikin dimsum yang enak tapi harganya terjangkau, biar semua bisa menikmati," jelasnya, menunjukkan komitmennya untuk menghadirkan dimsum berkualitas dengan harga merakyat.

Rahasia Rasa yang Bikin Ketagihan

Tentu saja, obrolan kami tak lengkap tanpa membahas rahasia di balik rasa dimsumnya yang bikin banyak pelanggan ketagihan. Pak Kumis tidak pelit berbagi. "Kuncinya ada di bahan baku yang segar, Mas. Daging ayamnya harus pilihan, udangnya juga fresh. Terus, bumbu-bumbu yang dipakai juga gak boleh pelit," bebernya, sambil menunjukkan senyum khasnya.

Ia menambahkan, proses pembuatan kulit dimsum pun tak kalah penting. "Saya bikin sendiri kulitnya, Mas. Biar tipis tapi gak gampang sobek, dan kenyal pas digigit." Tak heran, dimsum Pak Kumis memiliki tekstur yang pas: lembut di dalam, kenyal di luar. Varian yang paling laris, menurutnya, adalah siomay ayam udang dan hakau. "Itu primadona, Mas. Kadang belum buka aja udah ada yang pesen duluan," katanya bangga.

Selain dimsum, Pak Kumis juga menyediakan pilihan topping pelengkap, seperti saus sambal racikan sendiri yang pedasnya pas, mayones, hingga bubuk cabai bagi pecinta rasa ekstra pedas. "Pokoknya lengkap deh, Mas. Mau pedes, mau gurih, bisa diatur," ujarnya sembari cekatan membungkus pesanan pelanggan.

Suka Duka Penjual Dimsum Malam Hari

Menjadi penjual dimsum di tepi jalan tentu ada suka dukanya. "Sukanya ya kalau lagi ramai, Mas. Dagangan cepet habis, terus banyak yang bilang enak. Itu rasanya plong banget," tutur Pak Kumis, matanya berbinar. Ia juga bersyukur karena memiliki pelanggan setia yang kerap mampir, bahkan ada yang sudah langganan sejak awal ia berjualan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun