Setelah tubuh dan napas menjadi stabil dan harmonis, perjalanan dilanjutkan ke alam batin melalui tiga tahapan berikutnya.
Pratyahara, tahap kelima, adalah proses menarik panca indra (penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba) dari objek-objek eksternal ke dalam diri. Tujuannya bukan untuk mematikan fungsi indra, melainkan untuk menguasai indra dengan kekuatan pikiran, sehingga rangsangan dari luar tidak lagi mengganggu dan mempengaruhi ketenangan pikiran. Dengan Pratyahara, seorang yogi belajar untuk memutus rantai reaksi otomatis dari rangsangan indrawi ke keinginan atau nafsu, sehingga citta (budi) menjadi murni.
Dharana, tahap keenam, adalah konsentrasi atau pemusatan pikiran pada satu titik atau objek tunggal. Setelah indra berhasil ditarik ke dalam, pikiran diarahkan dan dipertahankan pada satu objek konsentrasi tanpa teralihkan. Objek ini bisa berada di dalam tubuh (seperti titik di antara kedua alis atau puncak hidung) atau di luar tubuh (seperti gambar dewa, bintang, atau gunung). Kemampuan untuk mempertahankan fokus dalam Dharana adalah kunci untuk melangkah ke tahap selanjutnya.
Dhyana, tahap ketujuh, adalah meditasi. Ini adalah kelanjutan dari Dharana, di mana aliran pikiran pada objek konsentrasi menjadi terus-menerus dan tanpa putus, seperti aliran minyak yang tak terganggu. Dalam Dhyana, kesadaran yogi sepenuhnya terserap pada objek meditasi, tanpa ada gangguan dari luar maupun dari dalam pikiran itu sendiri. Dhyana adalah keadaan di mana segala hambatan antara manusia dan Tuhan mulai sirna.
Puncak Penyatuan: Samadhi
Samadhi adalah tahap kedelapan dan puncak dari praktik Astangga Yoga. Ini adalah keadaan transendental di mana sang yogi, proses meditasi, dan objek meditasi melebur menjadi satu. Dalam Samadhi, dualitas lenyap, dan yang tersisa hanyalah kesadaran murni. Ada dua tingkatan Samadhi:
1. Sabija-samadhi (Samprajnata-samadhi): Keadaan di mana seorang yogi masih memiliki sedikit kesadaran akan identitas dirinya, meskipun batinnya telah dipenuhi kebahagiaan.
2. Nirbija-samadhi (Asamprajnata-samadhi): Keadaan yang lebih tinggi di mana yogi sepenuhnya kehilangan kesadaran akan diri dan lingkungannya, karena telah sepenuhnya menyatu dengan kesadaran kosmik. Batinnya diresapi oleh kebahagiaan dan cinta kasih Tuhan yang tiada tara.
Samadhi adalah pengalaman kebahagiaan tertinggi, di mana tidak ada lagi kecemasan, keinginan, atau ke-"aku"-an. Ini adalah pintu gerbang menuju Moksa, pembebasan akhir dari siklus kelahiran dan kematian (samsara).
Aplikasi Astangga Yoga di Zaman Kali Yuga
Di zaman Kali Yuga, di mana kekerasan, penipuan, dan perselisihan menjadi hal yang lumrah, ajaran Astangga Yoga menawarkan solusi untuk mengembalikan kesadaran dan harmoni. Ajaran ini menuntun manusia untuk menyadari kembali keutamaan kelahirannya sebagai manusia, yang memiliki kemampuan untuk membebaskan diri melalui perbuatan baik. Pengendalian diri (Yama dan Niyama) menjadi sangat relevan untuk mengatasi musuh terbesar manusia, yaitu nafsu dan amarah yang lahir dari dalam diri sendiri.