2. Akrodha (Pengendalian Kemarahan): Ini adalah latihan untuk tidak dikuasai oleh amarah. Dengan memahami akar penyebab kemarahan, seseorang dapat mengatasi konflik dengan lebih bijaksana dan damai.
3. Guru Susrusa (Hormat pada Guru): Prinsip ini menekankan pentingnya rasa hormat, bakti, dan ketaatan kepada guru spiritual, serta kesiapan untuk belajar di bawah bimbingan mereka.
4. Aharalagawa (Pengaturan Makanan): Ini adalah praktik mengatur pola makan yang sehat dan seimbang, menyadari bahwa apa yang kita konsumsi sangat berpengaruh pada kesehatan fisik, mental, dan spiritual.
5. Apramada (Kewaspadaan): Apramada adalah sikap untuk selalu waspada dan berhati-hati dalam setiap tindakan dan pikiran, menjaga kesadaran akan tujuan hidup dan tanggung jawab moral.
Setelah membangun fondasi etika yang kuat, seorang yogi melanjutkan ke tahap ketiga dan keempat yang berfokus pada tubuh fisik dan energi vital.
Asana, tahap ketiga, adalah sikap atau postur tubuh. Berbeda dengan pemahaman populer, Yogasutra tidak menekankan pada postur yang akrobatik. Asana yang ideal adalah sikap duduk yang stabil, nyaman, dan dapat dipertahankan dalam waktu lama tanpa menyebabkan rasa sakit atau gangguan. Tujuannya adalah untuk mempersiapkan tubuh agar dapat duduk tenang, menguatkan konsentrasi, dan mengendalikan sistem saraf sehingga pikiran tidak mudah goyah. Sikap duduk seperti Silasana (bersila) untuk pria dan Bajrasana untuk wanita adalah contoh asana yang rileks dan mendukung meditasi.
Pranayama, tahap keempat, adalah salah satu pilar terpenting dalam Astangga Yoga. Pranayama secara harfiah berarti pengendalian (ayama) energi kehidupan atau napas (prana). Ini bukan sekadar latihan pernapasan biasa, melainkan sebuah teknik sadar untuk mengatur aliran energi vital ke seluruh tubuh. Proses Pranayama terdiri dari tiga fase utama:
Puraka: Proses menarik napas secara sadar dan perlahan.
Kumbhaka: Proses menahan napas setelah menarik atau sebelum menghembuskan napas.
Recaka: Proses menghembuskan napas secara sadar dan perlahan.
Praktik ini, yang dilakukan secara perlahan dan bertahap (misalnya, dalam hitungan tujuh detik untuk setiap fase), bertujuan untuk memperkuat dan mengaktifkan tujuh pusat energi (cakra) dalam tubuh, mulai dari Muladhara di dasar tulang punggung hingga Sahasrara di puncak kepala. Melalui Pranayama, kotoran dalam tubuh fisik dan mental dapat dibersihkan, membuka jalan bagi tahap-tahap meditasi yang lebih dalam.