"Nggak tahu atuh. Habis kali sama Kakak. Itu Bunda lagi ngukus nasi. Sebentar lagi matang," kata saya.
Setelah 15-20 menit berlalu, saya matikan kompor. Angkat nasi kukus dan taruh di piring sebagai pelapis agar saat dipegang tidak panas.
Taraa...jadi deh nasi kukus ala Chef Bunda Tety. Prosesnya tidak ribet. Hanya sekitar 30 menit saja. Tidak lama.
"Nih, Kak nasi kukusnya sudah matang. Cobain deh," kata saya.
"Bagaimana, Kak, enak?" tanya saya ketika anak saya duduk.
"Belum juga dicoba, masih panas," katanya.
Setelah dicoba, katanya enak. Rasanya pas. Tidak kurang rasa apa-apa. Saya bertanya lagi untuk memastikan apakah memang enak? Jawabnya tetap enak.
"Enakkk, kejunya meleleh di lidah," kata anak saya.
Kemudian satu porsi lagi saya bawa ke kamar anak pertama saya di atas. Dia terlihat merebah.
"Kak, ayo sarapan, mumpung hangat. Enak kalau masih hangat. Kalau dingin mah nggak enak," kata saya.
Dia pun beranjak dan menyandarkan punggungnya di dinding. Mencoba sesuap, anak saya bilang enak. Saya perhatikan sesuap, sesuap masuk ke mulutnya.Â