Mohon tunggu...
Nenden Nur Amalia
Nenden Nur Amalia Mohon Tunggu... Mahasasiswa Magister Akuntansi Universitas Mercubuana -Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Nenden Nur Amalia NIM 55524110004 Univeritas Mercubuana Dosen Pengampu Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si. Jurusan Magister Akuntansi Mata Kuliah Manajemen Pajak

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

TB2: Pendidikan Habitus Perpajakan Trans-Substansi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara (Dosen Pengampu Prof Dr. Apollo M.Si Ak) -NIM 55524110004

24 Juni 2025   22:29 Diperbarui: 24 Juni 2025   22:41 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagian atas garis mewakili Dunia Intelligibel (Episteme), atau dunia pengetahuan sejati. Ini adalah dunia Form (Ide) yang abadi, tidak berubah, dan hanya dapat diakses melalui akal budi.

a. Dianoia (Pemikiran Rasional): Tingkatan ini adalah awal dari episteme, setara dengan melihat api di dalam gua atau mulai menyesuaikan diri dengan cahaya setelah keluar gua. Dianoia dicirikan oleh pemikiran diskursif dan pemahaman atas konsep-konsep abstrak seperti matematika dan logika. Di sini, individu mulai menggunakan nalar untuk menarik kesimpulan dari hipotesis dan membangun argumen yang koheren. Seorang matematikawan, misalnya, bekerja dengan angka dan bangun ruang yang tidak ada secara fisik, tetapi konsep-konsep itu nyata di ranah akal budi. Namun, pada tahap ini, pengetahuan masih bergantung pada asumsi atau aksioma yang diterima tanpa pembuktian lebih lanjut. Ini adalah langkah penting, tetapi belum mencapai pemahaman intuitif sepenuhnya.

b. Noesis (Pengetahuan Tertinggi): Ini adalah tingkatan pengetahuan tertinggi, puncak dari Garis Terbagi, setara dengan melihat matahari di luar gua. Pada Noesis, individu mencapai pemahaman langsung dan kontemplasi terhadap Ide-ide (Form), khususnya "Idea of the Good." Idea of the Good adalah sumber dari semua kebenaran, keindahan, dan kebaikan, yang menerangi semua Ide lainnya. Pada tingkat ini, individu tidak lagi bergantung pada hipotesis, melainkan memiliki pemahaman intuitif dan langsung tentang realitas tertinggi. Ini adalah puncak kebijaksanaan, di mana seseorang tidak hanya mengetahui "apa" melainkan juga "mengapa" dari segala sesuatu, memahami keterkaitan universal dan prinsip-prinsip abadi.

Paideia: Perjalanan Menuju Kebijaksanaan

Paideia adalah istilah Yunani kuno yang sering diterjemahkan sebagai "pendidikan" atau "pembentukan karakter." Dalam konteks Garis Terbagi, Paideia adalah perjalanan dari bawah ke atas---dari Eikasia menuju Noesis. Ini adalah proses membimbing jiwa manusia dari imajinasi dan ilusi menuju kontemplasi, dari kebingungan dan opini dangkal menuju kebijaksanaan sejati. Tujuan Paideia bukanlah sekadar mengisi otak dengan informasi, melainkan mengubah seluruh orientasi jiwa, memalingkannya dari dunia bayangan menuju cahaya kebenaran. Ini adalah transformasi fundamental dalam cara seseorang memandang dan berinteraksi dengan realitas.

Tripartit Jiwa: Pendidikan sebagai Penataan Internal

Selain Garis Terbagi, Plato juga meyakini bahwa jiwa manusia terbagi menjadi tiga bagian yang berbeda, yang harus diatur dengan benar agar individu dapat mencapai keharmonisan dan keutamaan. Pendidikan memainkan peran kunci dalam menata bagian-bagian jiwa ini.

Tripartit Jiwa (sumber: Modul dosen Prof Apollo)
Tripartit Jiwa (sumber: Modul dosen Prof Apollo)

a. Rasional (Logistikon): Ini adalah bagian jiwa yang berpikir, bernalar, dan mencari kebenaran. Logistikon adalah akal budi, pusat kebijaksanaan, dan bagian yang seharusnya memimpin dan mengarahkan seluruh jiwa. Fungsi utamanya adalah memahami Ide-ide, membedakan antara yang baik dan buruk, dan membuat keputusan berdasarkan penalaran logis.

b. Spirited (Thumos): Bagian ini adalah pusat dari semangat, keberanian, kehormatan, ambisi, dan kehendak. Thumos adalah bagian yang dapat merasakan kemarahan terhadap ketidakadilan atau kebanggaan atas pencapaian. Jika dilatih dengan benar, Thumos berfungsi sebagai sekutu akal, memberikan dorongan dan energi untuk mengikuti apa yang diputuskan oleh Logistikon. Misalnya, keberanian untuk menghadapi kesulitan dalam mengejar kebenaran atau ketekunan dalam menjalankan tugas.

c. Appetitive (Epithumia): Ini adalah bagian jiwa yang didorong oleh hasrat dan keinginan dasar atau primer, seperti lapar, haus, kebutuhan seksual, dan keinginan akan kekayaan, kesenangan materi, atau kekuasaan. Epithumia seringkali bersifat impulsif dan dapat menjadi sumber ketidakseimbangan jika tidak dikendalikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun