Tidak semua orang yang sering menyendiri memilih untuk menyepi. Tidak semua nyaman di dalam keheningan. Ada sebagian dari kita yang memang seorang 'introvert bukan bawaan sejak lahir, tetapi seringkali keadaan yang menuntutnya seperti itu."
Aku pernah mengenal seseorang, sebut saja namanya Vina. Di masa sekolah, Vina dikenal sebagai anak yang sangat ceria dan supel. Ia mudah berteman kepada semua orang, aktif di dalam kelas dan sering menjadi pusat perhatian dan bahan humor di kelas. Namun semua berubah demikian rupa saat ia pindah sekolah karena pekerjaan orang tuanya.
Di sekolah yang baru, Vina disambut dengan sangat hangat. Bahasa tubuhnya yang sudah berbeda, logat bicara yang tidak familiar serta gaya berpakaian yang dianggap ketinggalan zaman sehingga ia diolok-olok. Vina dicap aneh dan tak butuh waktu yang lama banyak temannya menjauhi Vina, Tidak ada lagi yang duduk didekatnya, tak ada yang menemaninya saat istirahat dan perlahan-lahan ia menarik diri.
Dari sosok anak yang dulunya ceria. Vina berubah menjadi pribadi yang pendiam. Ia mulai nyaman berada di pojok kelas, membaca buku dan menulis diary. Tidak ada lagi suara yang keluar dari mulutnya. Saat aku sempat kirim pesan melalui media sosial, Vina berkata, :Aku gak pernah pilih menjadi pendiam, Tapi ketika kamu salah di mata orang, diam menjadi satu-satunya solusi yang tepat."
Cerita Vina ini merupakan gambaran nyata bagaimana tekanan sosial bisa membentuk kepribadian seseorang menjadi sosok yang jauh berbeda dari sebelumnya. Ia bukan satu-satunya. Banyak orang di luar sana yang memang aslinya ekstrovert, namun ketika ada trauma sosial, bullying atau tekanan lingkungan, akhirnya bangunan diam terbentuk sebagai pertahanan diri.
Introvert sering kali diasosiasikan dengan ketenangan, kenyamanan dalam kesendirian. Namun, jika seseorang menjadi introvert hanya karena luka atau keterpaksaan itu bukanlah kepribadian tetapi bentuk cara bertahan.
Dalam dunia yang sangat begitu keras menuntut kita "nyambung" dengan banyak orang, ada yang memilih diam bukan karena tidak ada yang mau dibicarakan, tapi karena takut didengar. Ada yang memilih sendiri di tengah keramaian, semua akibat luka yang pernah dialami.Â
Jadi, jika suatu hari kamu bertemu seseorang yang pendiam, jangan langsung menyimpulkan bahwa ia cuek, sombong dan tidak suka bersosialisasi. Mungkin seperti Vina, ia adalah korban dari keadaan. Dan keheningan itu bukan satu-satunya pilihan tapi bentuk perlindungan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI