Mohon tunggu...
Nayla alfaruq
Nayla alfaruq Mohon Tunggu... Freelancer - Wanita

24 tahun, suka gerak - gerakin jempol kaki kalau lagi mikir serius

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Sekejap Mata

27 Desember 2019   11:26 Diperbarui: 28 Desember 2019   09:25 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi ini masih sama seperti beberapa hari yang telah ku lalui.  Aku terbangun dengan mata sembab, Segera aku beranjak ke dapur mengambil segelas air minum. Orang - orang dirumah melihatku dengan pandangan heran namun kurasa mereka masih sungkan menatap terlalu lama.

Aku hanya menundukkan wajah dan tak banyak bicara, memilih segera pergi sebelum dicecar pertanyaan oleh mereka..  Sebab aku tidak mungkin beralasan digigit serangga karena yang bengkak di mata bukan di paha. Aku juga tak mungkin beralasan alergi, karena yang bengkak dua-duanya bukan salah satunya.

Tanpa menjelaskan apapun kurasa mereka akan dengan mudah menebak jika aku habis menangis semalaman. Aku malu terlihat lemah hanya karena mudah menangis akhir-akhir ini.

Aku kembali ke kamar, merapikan tempat tidurku dan mengganti sprei. Macam tidak ada gairah hidup belakangan ini. Aku duduk di tepi ranjang, ingatanku kembali...  degup getar di dada mulai terasa sesak, sungai kecil di pelupuk mata menahan alirnya agar tak sampai banjir lagi pagi ini. Sungguh keadaan hatiku hanya aku sendiri yang tau dan kini tengah mati-matian berjuang melawannya agar tak semakin menghancurkan membuatku setengah gila.

Tapi bagaimana ingatan tentang dia?

4 bulan yang lalu, berawal dari pesan singkat yang menurutku masih sebatas basa-basi saja. Anehnya.. walau begitu aku selalu membalas chat tidak kurang panjang dari pesan yang dia kirimkan. Seperti teman baru pada umumnya, ku perkenankan dia bercerita tentang dirinya sebagai perkenalan diri, hobinya dan apapun yang telah dia raih selama ini.

Cerita tentang keponakannya yang lucu, pekerjaannya bahkan saat ia menyebut usianya.  Hal yang cukup mengagetkan ternyata usianya masih sangat muda. Namun gaya bicaranya sudah seperti orang dewasa layaknya om - om flamboyan,  dia tidak kehabisan bahan obrolan bahkan disaat aku mulai bingung menerka arah bicaranya. Dia juga humoris, mudah membuat tingkah lucu, jokes receh yang mengalir begitu saja di sela-sela obrolan kita menambah keseruan sepanjang hariku dengannya.

"Sebelum ini, aku punya banyak mantan." Katanya..  

Aku terperanjat meragukan kalimatnya. "Ohya.. mana buktinya?" jawabku menyergah. 

Lalu ia kirimkan foto sepasang pengantin dan beberapa wanita di samping kiri kanannya. And he said "Mereka semua mantanku.. Aku keren kan?" 

"Gilaaaaa !!" Aku masih mengumpatnya dengan kata-kata itu, di seberang sana dia tertawa lepas dalam bentuk stiker aplikasi chat yang dia kirimkan. "Kamu gila.. its so silly boy" Begitu ejekku. 

Dibalik kekonyolannya, ternyata dia sosok yang melankolis juga. Dia menyimpan cerita sedih tentang satu wanita yang sangat dicintainya. Konon kekasihnya menjadi salah satu korban kapal tenggelam beberapa tahun yang lalu. Hatinya sangat hancur saat itu melihat wanita yang sangat dicintainya harus pergi untuk selama-lamanya. Mendengar suaranya parau di seberang telepon membuat aku larut dalam kenangannya seakan akulah pemeran utama dalam narasi ceritanya. "Aku mencintai laut karena disana masih ada cintaku" katanya.. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun