Mohon tunggu...
Naufal Syarief
Naufal Syarief Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Semoga Bermanfaat!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Melodi Hujan untuk Bumi

29 Desember 2023   21:59 Diperbarui: 29 Desember 2023   22:34 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sebuah desa kecil yang diselimuti oleh perbukitan hijau, hiduplah seorang anak bernama Anisa. Desa itu dipenuhi dengan keindahan alam yang memukau, tetapi sayang, keindahan itu mulai pudar karena ancaman pencemaran lingkungan. Anisa, seorang gadis kecil yang ceria, memiliki perasaan yang dalam terhadap kelestarian lingkungan.

Setiap pagi, Anisa berjalan melintasi hamparan sawah yang subur dan menyeberangi sungai yang jernih. Namun, beberapa bulan terakhir, air sungai itu tidak lagi bersih. Sampah plastik dan limbah industri mengambang di permukaannya. Anisa merasa perlu melakukan sesuatu untuk menyelamatkan sungai yang merupakan sumber kehidupan bagi desanya.

Suatu hari, Anisa mendengar tentang festival musik yang akan diadakan di desanya. Sebuah ide brilian muncul di benaknya. Ia memutuskan untuk menggabungkan kecintaannya pada musik dengan misinya menyelamatkan lingkungan. Anisa bermimpi untuk menciptakan festival musik ramah lingkungan yang dapat menyuarakan kepedulian terhadap alam.

Dengan semangat yang membara, Anisa mulai merencanakan festival tersebut. Ia berbicara dengan warga desa dan meminta bantuan untuk menjadikan festival itu berbeda dari festival-festival sebelumnya. Mereka sepakat untuk mengurangi penggunaan plastik, memilah sampah, dan mengadakan kampanye kebersihan sungai.

Malam festival tiba, dan panggung utama dikelilingi oleh lampu-lampu yang ramah lingkungan. Anisa, dengan gitar kesayangannya, membuka acara dengan lagu tentang keindahan alam dan urgensi untuk melindunginya. Suara merdu Anisa memenuhi udara, dan seiring itu, orang-orang terhipnotis oleh melodi yang menyayat hati.

Selama festival, pesan tentang kebersihan lingkungan tersebar luas. Anak-anak berlomba-lomba menghias tas belanja kain, dan warga desa berbondong-bondong membawa wadah sendiri untuk minuman mereka. Sungai yang dulunya tercemar kini mendapat perhatian serius. Banyak orang yang bergabung dalam aksi pembersihan sungai, memungut sampah-sampah yang telah mencemarinya.

Festival berlangsung dengan sukses, dan kebersihan lingkungan menjadi fokus perbincangan. Anisa merasa bangga dan bahagia melihat perubahan positif yang terjadi di desanya. Ia menyadari bahwa melalui kecintaan pada musik dan alam, ia berhasil menyatukan orang-orang untuk menyelamatkan lingkungan mereka.

Pada akhir festival, Anisa berdiri di tepi sungai yang kini telah kembali bersih. Airnya mengalir dengan jernih, dan cahaya bulan menerangi keindahan alam sekitarnya. Anisa menyadari bahwa meskipun tantangan terus ada, melalui kepedulian dan aksi nyata, kita dapat menciptakan harmoni antara manusia dan alam, seperti melodi hujan yang menenangkan jiwa.

Setelah festival, semangat kebersihan terus berkobar di desa Anisa. Warga desa terus melibatkan diri dalam menjaga kelestarian lingkungan. Mereka membentuk kelompok kebersihan dan secara rutin mengadakan kegiatan pembersihan di sepanjang sungai dan area publik lainnya.

Anisa, tidak puas hanya dengan festival tersebut, terus menggali cara untuk membuat perubahan yang lebih besar. Ia berbicara dengan kepala desa dan mengusulkan untuk membangun pusat daur ulang sebagai langkah awal untuk mengatasi masalah sampah. Kepala desa dan warga setuju dengan ide tersebut, dan bersama-sama mereka merencanakan pembangunan pusat daur ulang di desa.

Proses pembangunan pusat daur ulang membawa optimisme dan harapan baru bagi desa Anisa. Warga desa terlibat dalam pengumpulan dan pemilahan sampah, memastikan bahwa limbah dapat diolah dengan cara yang ramah lingkungan. Anisa, dengan semangatnya, ikut terlibat dalam pengajaran kepada anak-anak tentang pentingnya daur ulang dan cara hidup berkelanjutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun