Mohon tunggu...
Naraya Syifah
Naraya Syifah Mohon Tunggu... Penulis - Perempuan Penggembala Sajak

Tidak ada yang istimewa dari Naraya Syifah, ia hanya seorang gadis kampung yang sederhana, putri sulung dari keluarga sederhana yang disimpan banyak harapan di pundaknnya. Ia memiliki kepribadian mengumpulkan sajak di pelataran rumahnya. Pernah tergabung dalam beberapa komunitas literasi dan alhamdullilah saat ini sebagai penggerak literasi di kabupaten Subang. Ia menjalankan komunitas Pena Cita bersama teman-teman sehobinya. Kecintaannya pada literasi menghantarkannya sampai di sini. Semoga awal yang baru ini dapat lebih mengembangkan tulisannya dan merubah hidupnya. Selain menulis ia juga tergila-gila dengan K-drama yang dapat menginspirasi nya dalam menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

(Kisah Nyata) Terjebak Rayuan Maut Sang Pujangga

2 Juli 2022   18:30 Diperbarui: 2 Juli 2022   19:29 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku mohon ... biarkan kita terus bersama. Aku akan menganggap ini tidak pernah terjadi. Mari kembali seperti biasanya dan kita akan baik-baik saja." rintih Zahra memohon agar hubungannya tak berakhir begitu saja.

"Lupakan saja aku. Aku tidak mencintaimu." Reyhan memutuskan teleponnya sepihak meninggalkan Zahra yang masih terisak.

Hari demi hari dilaluinya dengan penuh tangis. Saat kenangan demi kenangan itu kembali membanjiri ruang ingatannya, ia ikut larut dan tenggelam terbawa arus menyakitkan.

Kali ini ia bosan terus bergulat dengan cinta. Bertengkar siang malam dalam pikirannya atas nama cinta. Ia ingin melupakan semuanya dan kembali pada dirinya yang dulu. Seseorang yang kuat tanpa takut apapun.

Tok ... Tok ... Tok ....

Seseorang mengetuk pintu rumahnya. Lantas Zahra bergegas membukanya. Dia tercengang menatap seorang lelaki jangkung bermata elang itu tengah menatapnya dengan tatapan sendu.

"Maafkan aku ... Aku salah. Tidak seharusnya aku meninggalkanmu seperti itu. Aku terbuai dengan masa laluku yang datang dengan wujud lebih indah hingga aku menyia-nyiakan orang sepertimu." 

Dia mencuri tatapku dan menenggelamkan tatapannya di mataku yang sudah kuyup. Dia mengambil kedua tanganku lalu menyimpannya di dadanya, "beri aku kesempatan kedua. Aku janji akan menjagamu lebih baik dan tidak akan pernah menyakitimu."

Munafik! Dia mungkin berpikir bahwa Zahra akan terbuai dengan perkataannya. Zahra melepaskan tangannya lalu mengusap kasar air matanya yang jatuh dengan tak tahu malu.

"Bodoh jika aku harus menerima kembali seseorang yang pernah berkhianat! Itu katamu dulu, kan? Kamu pikir aku akan kembali percaya sama kamu? Jangan mimpi! Aku tidak sepertimu! Aku tidak cukup bodoh untuk melakukan itu!" teriak Zahra di depan Rey.

Rey yang mendengarnya hanya mematung lemas, ia tak menyangka bahwa buah kedatangannya saat ini justru penolakan yang meremukkan perasaannya. Sakit dan penyesalan terus membayanginya mengingat dirinya yang sudah cukup bodoh menyia-nyiakan ketulusan Zahra. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun