Mohon tunggu...
Naraya Syifah
Naraya Syifah Mohon Tunggu... Penulis - Perempuan Penggembala Sajak

Tidak ada yang istimewa dari Naraya Syifah, ia hanya seorang gadis kampung yang sederhana, putri sulung dari keluarga sederhana yang disimpan banyak harapan di pundaknnya. Ia memiliki kepribadian mengumpulkan sajak di pelataran rumahnya. Pernah tergabung dalam beberapa komunitas literasi dan alhamdullilah saat ini sebagai penggerak literasi di kabupaten Subang. Ia menjalankan komunitas Pena Cita bersama teman-teman sehobinya. Kecintaannya pada literasi menghantarkannya sampai di sini. Semoga awal yang baru ini dapat lebih mengembangkan tulisannya dan merubah hidupnya. Selain menulis ia juga tergila-gila dengan K-drama yang dapat menginspirasi nya dalam menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

(Kisah Nyata) Terjebak Rayuan Maut Sang Pujangga

2 Juli 2022   18:30 Diperbarui: 2 Juli 2022   19:29 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kamu dari mana?" tanya lelaki yang biasa disapa Rey itu.

"Aku dari Subang," jawab Zahra ramah.

"Subang itu kota sepi, tapi tidak sepi lagi kalau ada kamu," gombalnya pada Zahra. 

Bagi Zahra, itu adalah sebuah bahasa untuk menjadi lebih akrab dengan temannya. Saat itu mereka adalah mahasiswa baru yang kebetulan duduk di kelas yang sama.

Zahra tertawa mendengar rayuan Rey yang lebih terdengar seperti lelucon untuknya. "Kamu sendiri dari mana?" tanya balik Zahra.

"Aku dari Surabaya, tapi aku bukan buaya," jawab Rey yang kembali membuat Zahra tertawa.

Keduanya terus berbincang memanfaatkan waktu mata kuliah yang saat itu kosong. Hingga perlahan keduanya menjadi dekat. Zahra dan Rey bahkan mempunyai gaya salam yang berbeda setiap mereka bertemu. Teman-teman mereka yang lain bahkan mengira bahwa keduanya tengah berpacaran. 

Namun sedekat apapun hubungan Zahra dan Rey, keduanya tidak pernah terikat dalam hubungan pacaran. Memang diakui Zahra, terkadang perlakuan Rey yang manis dan perhatian kecilnya acap kali membuat hatinya berdebar, namun ia singkirkan rasa itu jauh-jauh mengingat ia baru saja terluka parah dan belum pulih sepenuhnya. Ia tak ingin luka yang sama kembali diembannya. Butuh banyak waktu baginya untuk kembali membuka hati dan kembali percaya pada sesuatu yang disebut cinta.

Saat menginjak semester ke dua, laki-laki yang bernama Rey itu memutuskan untuk pindah sekaligus mencukupkan kenangannya di sini dengan Zahra. 

Bukankah itu keterlaluan? Apa dia tidak pernah memikirkan nasib seorang perempuan yang sudah menyimpan harapan di pundaknya?

Bukankah Zahra pantas menangis?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun