"Ooo," Brojol mulai jelas. Setelah menghisap cerutunya sesaat lalu dia komentar kembali.
"Setelah dengar cerita elu, ternyata kisah yang ada di pihak lu dan pihak gue nggak jauh beda. Di partai gue memang terlihat kompak, tapi di dalam kita sering beda tujuan. Saling sikut, siapa yang kuat dia yang menang."
"Ternyata kita sama," ucap Brondong merasa lega.
"Memang sama lalu kenapa kita tidak bergandengan tangan?"
"Iyaya benar juga. Kalau gitu elu bisa dong bantu gue?" Brondong setuju dengan pemikiran Brojol lalu menawarkan kerjasama.
"Apaan tuh?" suara Brojol terdengar bahagia.
"Ada dua batu besar di hadapan gue. Batu besar pertama ada di dalam partai ini dan batu besar ke dua ada di dalam kabinet presiden. Ke dua orang tersebut doyan daun muda dan anak-anak mereka doyan tepung surga. Gue mau elu kirim massa ke mereka agar bau bangkenya bisa di cium semua warga negara ini."
"Oke bisa gue atur. Terus Gue dapat apa?" Brojol minta jatah.
"Gue dukung lu jadi pimpinan partai, gue dukung lu jadi ketua fraksi, gue buat lu jadi pengawas proyek pemerintah dan beberapa perusahaan besar swasta. Oke?"
"Deal!" jawab Brojol terhadap janji Brondong. Suasana terasa sejuk.
Mendadak seorang pelayan cantik membawa dua cangkir kopi pesanan Brojol dan Brondong, juga dua lembar roti panggang dalam satu piring. Wuih enak banget. Brojol dan Brondong langsung meminum kopi pilihan terbaik.