Mohon tunggu...
NaBe
NaBe Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Sedang doyan berfikir aneh

Berkhayal indah memang enak dan jadi pemenang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kopi Rasa Derita Rakyat

5 Oktober 2019   20:16 Diperbarui: 5 Oktober 2019   20:44 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Anak pertama ada di kelas satu sekolah menengah pertama. Anak kedua ada di kelas empat sekolah dasar dan terakhir anak ketiga mereka berumur tiga tahun.

Pekerjaan suaminya adalah sebagai petugas kebersihan gedung. Sedangkan sang istri hanya sebagai pengasuh anak-anak karena waktu yang tersedia habis di dalam rumah.

Tubuh perempuan itu terkadang bergetar  menahan gejolak jiwa akibat musibah politik rekaan kaum berpendidikan tinggi. Perempuan itu berusaha menahan suara tangisnya agar keadaan di rumah sakit tidak berubah buruk karena tingkahnya.

Dalam tangisnya perempuan itu berkata di dalam hati.

Wahai pencipta manusia. Apakah engkau masih ada? Aku yakin engkau masih ada. Namun masihkah ada harapan untuk hambamu yang miskin agar doa menjadi kenyataan? Entahlah. Saat ini aku hanya bisa menangis melihat derita yang belum berkurang. Saat ini aku menangis menerima ujianmu yang semakin sulit untuk di selesaikan.

Wahai pencipta manusia. Apakah engkau masih bisa melihat? Aku yakin engkau tidak buta. Tapi apakah engkau bisa melihat derita hamba ini yang selalu taat menyembah kepada mu? Saat ini aku sering menutup mata melihat kisah hidup kami yang semakin sempit. Saat ini aku berusaha memejamkan mata hati agar rasa pahit hidup kami bisa menjadi manis.

Wahai pencipta manusia. Apakah engkau masih bisa mendengar? Aku yakin telinga mu masih sehat. Namun apakah doa-doa hamba masih pantas engkau dengar? Entah. Aku tak pernah lelah berdoa namun aku mulai bosan berharap kepada sesuatu yang misterius.

Wahai pencipta manusia. Ku dengar engkau penguasa paling tinggi dari  langit biru dan matahari. Ku dengar kuasamu lebih luas dari lautan biru dan ruang angkasa. Masih adakah keajaiban yang akan kau berikan kepada ku? Masih adakah keputusan mu yang bisa membuatku bahagia?

Wahai pencipta manusia. Tolong hamba, tolong hamba. Berikanlah keajaibanmu yang dahsyat kepadaku. Berikanlah hamba ini kepastian yang terindah.

Napas perempuan itu mulai terdengar berhembus cepat, seperti orang yang baru selesai lari cepat jarak jauh. Getar badan yang ditahan namun berubah jadi bergetar cepat. Wajah yang sedih bercampur marah seakan mengatakan sesuatu. Perempuan itu menghirup napas pajang lalu...

"Saaayyyaaaaanggg!!! Baaangunnn! Anak-anak kita masih kecil, jangan pergi. Ayo bangun sayang. Ini aku istri mu," jerit perempuan itu lalu memeluk tubuh suaminya berbaring yang lemah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun