Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Adu Pasang Baliho dan Pencitraan, Kok Gak Adu Komunikasi dari Hati ke Hati dengan Rakyat?

13 Agustus 2021   14:23 Diperbarui: 13 Agustus 2021   22:01 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Baliho Puan Maharani di Jalan Kemanggisan | Dokumentasi Pribadi

Tapi permasalahannya, kampanye di sosial media saat ini sering dianggap negatif sebagai pencitraan. Apalagi kalau pengambilan video atau fotonya terlalu jelas sudah disetting, misalkan memarahi pegawai yang malas-malasan, atau bisa jadi blusukan membagikan obat. 

Pesan yang tersampaikan jadinya malah saya sedang menonton drama orang yang sedang berbaik hati. Apakah hati saya, sebagai penonton, bersimpati? Hmm.. tidak juga, karena durasinya terlalu sebentar, dan sudah terlalu sering hal tersebut dilakukan. Jadi malah hal yang ditangkap, "sudah biasa lah." 

Pencitraan tersebut kan akhirnya menjadi kurang efektif. Sayang sekali. Padahal konsep dan pengambilan gambarnya sudah bagus, menurut saya.

Dengan begitu, rasanya pemasangan baliho dan pencitraan di sosial media sudah lagi tidak efektif dan efisien untuk masyarakat, terutama pada masa sekarang ini, yang dimana, rakyat lebih fokus untuk mempertahankan hidup dari pandemi, sekaligus perekonomian yang morat-marit.

Pesan yang tersampaikan pun pada masyarakat, sebagai target komunikasi, menjadi kabur, bahkan dianggap kurang berempati, karena tidak sesuai dengan situasi yang sedang ada di masyarakat.

Akan lebih baik, para politisi, kalau memang sedang ingin menghamburkan uang, dibandingkan pasang baliho ataupun pencitraan, lebih baik menghamburkan uang untuk konsultasi dengan tim komunikasi yang memang ahli dalam bidang politik, serta para sosiolog agar lebih paham bagaimana cara menyampaikan pesan kepada masyarakat, dan apa sih yang masyarakat butuhkan saat ini. 

Kemudian, kalau bisa bersentuhan lah langsung dari hati ke hati dengan rakyat, terutama orang yang sangat terkena dampak dari pandemi ini. 

Dengarkanlah apa yang diinginkan para rakyat, boleh juga membawa tim komunikasi untuk mencatat dan nantinya menyimpulkan keluhan rakyat, sehingga tahu apa yang diinginkan rakyat, selain simpati dan empati. 

Sekaligus tim komunikasinya bisa diminta untuk memberikan catatan dan edukasi pada anggota partainya, agar citra yang ingin dibangun sang politisi didukung dengan pesan-pesan yang disampaikan oleh para anggotanya kalau ditanya media massa.

Dan bisa juga, membawa tim personal branding untuk memberitahu bahasa tubuh dan mimik bagaimana yang mesti dipakai saat berhadapan langsung dengan rakyat. Sehingga rasa empati dan simpati sangat terasa oleh rakyat, dan tidak dianggap sebagai kepura-puraan. 

Dengan begitu pesan dan kesan yang disampaikan pun bisa sesuai dengan tujuan, dan penghamburan uang untuk beriklan pun tidak menjadi sia-sia belaka. Peraduan antar partai pun dalam menaikkan elektabilitas sang politisi yang ingin diusung tidak menjadi polemik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun