Mohon tunggu...
Irpan Sopian
Irpan Sopian Mohon Tunggu... profesional -

Saya seorang yang sedang belajar menulis, mencari pengalaman, wawasan yang positif, teman yang banyak. Yang terpenting: saya berikhtiar memberikan manfaat bagi semua orang. Saya yakin, kita bukan makhluk yang sempurna. Tapi berusaha memuliakan Yang Maha Sempurna...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Jangan Bertanya...!

30 Juli 2012   04:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:27 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Itu sudah nyata sebuah realita,
Kabar itu kan datang serta merta,
Mematahkan padang – padang keraguan,
Merobohkan benteng – benteng keangkuhan,
Menghancurkan tugu – tugu kedurjanaan,

Jangan bertanya!
Sudah nyata Tuhan berkata,
Mengapa belum juga percaya,
Kepada siapa lagi engkau percaya duhai jiwa?
Walau hati seluas samudera,
Tertutup sudah atau dikeranda?

Jangan bertanya!
Bagaimana Ia mengguncangkan dunia,
Toh kujelaskan tetap saja mati rasa,

Jangan bertanya!
Bagaimana ia datang melanda,
Paling – paling sambutanmu hanya tertawa,
Sungguh ejekan adalah teriakan mereka,
Mengapa tetap saja tiada percaya?

Jangan bertanya!
Tuh lihat gunung batuk seketika,
Lendirnya membakar dunia dan jiwa,
Dahaknya merayap menghanguskan tawa,
Mengapa tetap saja tiada percaya?

Jangan bertanya!
Tuh dengar gemuruh tsunami menggema,
Berjalan tiada malu dirasa,
Menginjak – nginjak habis kecerobohan manusia,
Ia tiada sesal tiada duka,
Baginya adalah mulia menindas durjana,
Mengapa tetap saja tiada percaya?

Jangan bertanya!
Jika topan berlari sekencang – kencangnya,
Ia menari – nari di angkasa,
Sampai mabuk melanda dunia,
Tuh dengarkan kehkehan tawanya,
Ia senang menari – nari hingga tiada lagi yang tertawa,
Mengapa tetap saja tiada percaya?

Jangan bertanya!
Jika gempa di bumi bergoyang – goyang bahagia,
Hingga manusia tiada berdaya,
Karena goyangan maut sang dunia,

Oh Allah,
Kami percaya,
Kami percaya,
Kami percaya,
Kami percaya,
Jawab sang manusia sebagian,

Oh Allah,
Kami per ……. per ……
Kami per ……. per ……
Kami per ……. per ……
Jawab sang manusia kebanyakan,
Lidah tak berdaya mengucapkan,

Oh Allah,
Mungkinkah ini saatnya,
Bukan lagi kita bercanda,
Tuh lihat pohon kelapa,
Lunglai tiada bertenaga,
Lemas melihat kedurhakaan,
Kebejadan,
Keaniayaan,

Oh Allah,
Bosan rasanya kumelihatnya,
Cape sudah ku mendengarnya,
Lebih baik ku tertidur menuju pangkuan – Nya,
Daripada harus memeluk si makhluk terkutuk – Nya,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun