Perusahaan dan kantor akuntan publik perlu membangun budaya organisasi yang menekankan empati, transparansi, dan tanggung jawab sosial.
Misalnya:
Menyusun laporan keberlanjutan (sustainability report) dengan pendekatan naratif yang jujur, bukan hanya formalitas.
Mengembangkan standar etika internal yang menekankan dialog dan refleksi moral, bukan sekadar kepatuhan administratif.
-
Mengapresiasi keputusan akuntan yang mempertahankan integritas meskipun tidak menguntungkan secara finansial.
Dalam dunia yang penuh tekanan ekonomi, empati menjadi bentuk keberanian moral.
Hermeneutika mengajarkan bahwa pemahaman sejati lahir dari partisipasi batin terhadap kehidupan orang lain.
4. Akuntansi sebagai Sarana Pemberdayaan Sosial
Pendekatan hermeneutik juga membuka peluang besar untuk membangun akuntansi yang berpihak pada kemanusiaan.
Di masyarakat desa, komunitas adat, atau lembaga sosial, akuntansi dapat digunakan sebagai bahasa solidaritas, bukan sekadar alat kontrol.
Contohnya:
Mengembangkan sistem akuntansi partisipatif untuk koperasi dan UMKM yang menekankan keadilan dan kebersamaan.
Mendorong praktik akuntansi sosial dan lingkungan sebagai wujud empati terhadap generasi mendatang.
Memanfaatkan akuntansi untuk memperkuat kepercayaan publik terhadap lembaga keagamaan, yayasan, dan komunitas lokal.