Mengintegrasikan literatur sosial, seni, dan budaya agar mahasiswa memahami bahwa angka tidak pernah berdiri di ruang hampa.
Dengan cara ini, pendidikan akuntansi akan melahirkan bukan hanya accountant by skill, tetapi juga accountant by soul --- profesional yang terampil sekaligus memiliki kepekaan moral.
2. Penelitian Akuntansi yang Menyelami Makna
Penelitian akuntansi di Indonesia perlu berani keluar dari dominasi paradigma kuantitatif yang sempit.
Pendekatan hermeneutik, fenomenologis, dan naratif harus dikembangkan untuk menyingkap sisi batin dunia akuntansi.
Peneliti perlu menelusuri pertanyaan seperti:
Bagaimana akuntan mengalami konflik antara kebenaran dan tekanan kepentingan?
Bagaimana makna spiritual, budaya, dan sejarah membentuk praktik pelaporan keuangan di komunitas lokal?
Bagaimana organisasi memahami tanggung jawab sosial bukan sekadar kewajiban hukum, tetapi sebagai nilai moral?
Pendekatan hermeneutik membuka ruang bagi penelitian yang lebih dalam, jujur, dan menyentuh sisi manusia.
Ia mengajarkan bahwa kebenaran ilmiah tidak hanya diukur dari angka, tetapi juga dari kejujuran dalam menafsir kehidupan.
3. Praktik Akuntansi yang Berempati dan Etis
Bagi para praktisi, teori hermeneutik mengingatkan bahwa setiap laporan keuangan adalah dokumen moral.
Laba, rugi, dan aset bukan sekadar posisi angka, tetapi representasi dari nilai-nilai manusia.