Erran terdiam, lalu mengangguk satu kali.
Shakira ikut terdiam, lalu tiba-tiba tertegun dan berangsur-angsur melebarkan mata, menyadari sesuatu. Dia melirik ke arah cabang pohon sekali lagi, lalu kembali menatap Erran, laki-laki atraktif bak model yang masih menatapnya itu, dengan tatapan tak percaya.
No way.
Perlahan, Shakira mulai melangkah mundur, dengan kedua tangan memberi isyarat agar Erran tetap pada posisinya. Erran yang memang tidak berniat mengejar pun hanya memperhatikan gadis itu. Setelah cukup jauh, Shakira akhirnya berlari dan keluar dari hutan dengan detak jantung yang terasa. Dia menenangkan diri sebentar, lalu setelah rasa takutnya kalah dengan rasa penasaran, dia kembali masuk dan melihat Erran yang menoleh lagi itu masih berdiri di sana.
Shakira terbengong. "Kok masih ada?"
Shakira berbalik badan, lalu berbalik lagi. "Kok masih ada, sih? Dia orang?"
Pada akhirnya, meski masih sangat ragu, Shakira melangkah masuk lebih dalam. Dia berjalan pelan sambil menatap Erran yang masih diam saja di tempatnya. Ketika sudah sangat dekat, dengan gerakan lambat, Shakira mengulurkan tangan, berniat menyentuh lengan atas laki-laki itu yang tertutup baju.
"Permisi..," ucapnya sesaat sebelum benar-benar menyentuh. Oh, bisa dipegang, asli, orang.
Erran menatap aneh, tetapi tidak terkejut juga. Huh, apa yang dia pikirkan?
"Oh, maaf." Shakira menjauhkan tangan, lalu berdiri dengan benar menghadap Erran. "Mm, ... saya mau tanya, Mas. Mas tahu burung yang ada di pohon itu, nggak? Sekarang kan nggak ada, tapi biasanya ada. Burung hantu putih. Masnya lihat?"
Erran menggeleng.