Mohon tunggu...
Nailaturrochman Hanifah
Nailaturrochman Hanifah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pencinta bau buku baru

Nailaturrochman Hanifah lahir di Pasuruan, 9 Februari. Menempuh pendidikan di salah satu sekolah negeri, merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen Horror: Bus Hantu

10 September 2021   21:08 Diperbarui: 10 September 2021   21:22 3488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bus Hantu

lni bukan kisah mendebarkan, hanya sebuah kisah seorang gadis yang menaiki bus berpenumpang makhluk tak kasat mata atau... Hantu?

Namanya Lily, penjual bunga kecil-kecilan dipinggir jalan. Suatu malam ia hendak pergi pulang ke kampungnya dengan menaiki sebuah bus.

"Ibu, aku akan segera sampai disana" Ucap Lily riang di telepon.

"Aku menunggumu" Jawab sang ibu.

Sebenarnya muncul secuil rasa curiga ketika gadis itu melihat bus yang sangat sepi, apa lagi halte yang terlihat sunyi seperti ini.

Tetapi Lily bukan lah seorang yang penakut, dan juga bisa dibilang dirinya adalah pencinta hal yang menakutkan.

Ketika Lily masuk kedalam bus, suasana bus masih biasa saja namun sedikit suram. Lily berfikir mungkin karena hari sudah hampir tengah malam.

Duduk di salah satu bangku penumpang, Lily mulai membuka handphone nya.

"Kau bermain apa?" Tanya seorang lelaki yang duduk disampingnya.

Lily menoleh, "Oh ini.. Hanya sedang menulis cerita. Entah kenapa aku mempunyai ide untuk menulis cerita bus berhantu, haha"

Lelaki itu terdiam, tak menjawab.

Semua masih terasa normal, Lily masih fokus dengan ceritanya. Namun tiba-tiba saat mereka melewati gerbang tol, gadis itu baru menyadari jika tak ada lagi suara bising.

Merasa ada yang tak beres, Lily mulai mendongak.

Deg!

Semua berubah, kini dinding bus yang semulanya putih bersih menjadi rusak dan penuh darah. Para penumpang yang sebelumnya biasa kini bermuka rusak bahkan hancur, dan menatap Lily.

Jantung gadis itu berpacu cepat, apa-apaan ini!

Menoleh, Lily menoleh hendak mencari tahu bagaimana keadaan lelaki yang duduk disampingnya, bagaimana pun juga Lily sudah menganggap lelaki itu teman barunya.

Tertegun, kini di sampingnya terlihat seorang lelaki yang tidak memiliki mata, rambutnya terlihat kaku karena darah. Pipinya bolong sebelah entah karena apa, dan... Cukup! Ini sangat seram!

Tubuh Lily sedikit bergetar, pertama kali melihat hal yang menyeramkan. Pikirannya benar-benar kosong, apa yang harus ia lakukan?

Berdoa! Ya, benar. Ia harus berdoa!

Lily mulai melafalkan semua doa maupun surat yang terlintas di benaknya, ia benar-benar takut.

Walau di awal cerita sudah terpampang jelas bahwa Lily pencinta hal menakutkan, namun jelas ini adalah hal yang sangat sangat sangaaattttt lebih menyeramkan.

Lily menutup matanya dengan tubuh bergetar hebat, ia sudah tak mau lagi melihat lelaki seram disampingnya.

"Neng" Tepukan pelan membuat gadis itu tersentak.

"Aaaaakhh!" Lily berteriak histeris, lelaki seram itu pasti menganggunya!

"N-neng, sadar! ngapain di pinggir kuburan malem-malem gini.. " Ucap lelaki itu.

Lily tertegun, lalu memberanikan diri membuka matanya. "Loh pak, ini dimana?" Tanya nya dengan suara gemetaran.

Menjawab, "Ini di pemakaman neng. Kenapa sampean bisa disini? Udah tengah malam lho."

Terkejut, "Tadi saya lagi naik bus pak!"

Lelaki itu terdiam mendengar balasan Lily, lalu menggeleng. "Pasti sampean lagi diganggu sama makhluk sini, maklum neng.. Dulu ada kecelakaan bis disini, untung sampean bisa balik.." Bapak itu menghela nafas lega.

"Saya mau ke kampung ibu saya,  Pak" Lily memberitahu rencananya.

"Lah emang kampung apa?" Tanya sang bapak lagi sambil menaikkan alisnya penasaran.

"Kampung melati"

Terkejut, "Bukannya kampung itu udah kena tanah longsor tahun kemarin neng? Seluruh warganya ndak ada yang selamat".

Tunggu, apa? Hei ini keliru! Dia setahun ini selalu bertelepon dengan ibunya.

"Beneran pak?"

"Iya neng, cari aja di berita"

Ibunya telah tiada? 

Selama ini yang dia telepon... Siapa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun