Selama perjalanan Sheren berusaha menata hatinya untuk mengumpulkan kepercayaan sepenuhnya pada Gio-nya. Setelah satu jam perjalanan, sampailah Sheren di lokasi. Usai membayar, Sheren pun bergegas membuka pintu.
"Gio Clavis. Hehe, bapak baru inget," ucap si sopir. Sheren yang terkejut hanya bisa menganguk.
Sesampainya di lokasi ternyata Gio sudah menunggunya. Laki-laki itu membawakan Sheren nasi goreng buatannya. Dulu sewaktu mereka kecil, Gio sering sekali membawa nasi goreng buatannya itu. Karena Sheren tidak percaya itu buatannya, Gio sampai membawa panci, kompor dan bumbu dapu lainnya ke taman untuk membuktikan pada Sheren bahwa memang Gio sendirilah yang memasaknya.
"Eum, rasanya nggak berubah. Tambah enak malahan," puji Sheren usai menyendokkan nasi ke mulutnya.
"Gio dilawan," sombong Gio yang kemudian menusuk gemas pipi Sheren dnegan telunjuknya.
Sheren yang kesal pun mencoba membalas perbuatan Gio, tapi ia malah tersandung dan menabrak sebuah tas.
"Aw!" pekik Sheren. Gio segera menyingkirkan tas itu guna menolong Sheren. Namun, tas itu malah ditahan oleh Sheren.
"Tas siapa ini?" tanya Sheren sok polos. Tangan kanannya mengepal menahan sesuatu yang mengalir dari telapak tangannya.
"Ah, itu milikku. Aku tadi baru saja pulang kerja. Dari pada bolak-balik pikirku langsung saja ke sini," jawab Gio setenang mungkin. Gio kemudian panik melihat Sheren tertunduk dan menangis.
"My Queen, ada apa? Apa lututmu terluka karena jatuh?" tanya Gio. Ia mendekat dan mencoba menenangkan Sheren.
"Siapa kamu sebenarnya?" tanya Sheren pilu.