*****************************
Sore harinya Sheren sudah berada di perjalanan menuju sungai Cilele, tempatnya dan Gio bertemu kemarin. Sheren membawakan sebuah sweeter rajut yang ia buat sendiri. Tujuh tahun lalu Sheren bergabung di komunitas tuna netra produktif. Di sana banyak sekali pelatihan skill untuk para tuna netra sepertinya, salah satunya ialah merajut. Sheren dengan semangat mempelajarinya. Setelah cakap, ia pun mencoba membuat sweeter pasanagn, satu untuknya, satu untuk Gio. Karena gadis itu yakin suatu saat bisa bertemu dengan Gio kembali. Dan terwujudlah keinginan itu. Akhirnya ia bisa menyerahkan sweter itu untuk pemiliknya.
"Mbaknya kok berani sih pergi sendirian. Hati-hati loh, kalo ketemu geng Clavis" ucap si sopir mobil tiiba-tiba.
Sheren sontak terkejut mendengar nama geng itu. Seperti nama belakang Gio. "Memang geng itu kenapa, Pak?" tanya Sheren.
Sopir iu kemudian bercerita, "Sekarang ini polisi lagi gencar memburu komplotan geng itu. Mereka adalah komplotan mafia Ibukota, kadang mereka juga jadi pembunuh bayaran. Ngeri deh pokoknya. Ketua geng itu masih muda, Mbak. Ganteng banget."
Sheren menegang mendengar pengakuan si sopir. Clavis? Sheren berharap-harap cemas, semoga clavis ini bukan clavis-nya Gio. Tapi, kemudian Sheren mengingat bahwa ada sesuatu yang janggal dari Gio kemarin. Ia seperti mencium aroma darah yang bercampur dengan parfum mint milik Gio. Apa jangan-jangan?
"GC, Mbak," ucap sopir itu.
"Apanya, Pak?" tanya Sharen dengan nada terkejut.
"Inisial ketua geng clavis," jawab si sopir.
"Kepanjangannya?" tanya Sheren.
"Haduh, saya inget-inget dulu," jawab si sopir kikuk sembari menggaruk tengkuknya.