Mohon tunggu...
Mutia AH
Mutia AH Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Fiksi

Menulis yang ringan dan positif

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Harapan Udin dan Pohon Kresen

13 Oktober 2022   06:06 Diperbarui: 13 Oktober 2022   06:13 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Pixabay.com

Udin dan Asep memperhatikan anak-anak sekolah itu hingga hilang di tikungan jalan. Mereka saling pandang kemudian tertawa lagi setelah menyadari mereka memperhatikan hal yang sama. Kemudian kedua pengamen jalanan itu kembali duduk di atas rerumputan di bawah pohon kresen yang rindang.

Udin menggamit kostum kepala badut Mickey Mouse dan meletakkannya di bawah ketiak. Kemudian ia bergeser menggunakannya sebagai bantalan untuk menyamankan tubuh. 

Sebutir buah kresen jatuh menimpa hidungnya. Ia yang kaget menggelinjang kemudian mendongak ke atas pohon. Burung-burung liar terbang meninggalkan pohon kresen dan Udin yang masih termangu.

Imajinasi Udin mulai bermain, membayangkan seandainya ia menjadi burung. Seketika air muka Udin berubah murung, mimpinya menjadi burung ia patahkan sendiri. Melihat kenyataan hidupnya yang tidak punya masa depan. Walaupun hanya untuk berhenti mengamen, bagi Udin itu adalah sesuatu yang tidak mungkin.

"Besar nanti kita seperti apa ya?" tanya Udin pada Asep tanpa mengalihkan pandangan dari buah kresen di tangannya.

"Seperti, Bapakmu!" timpal Asep tanpa pikir.

"Aku tidak punya Bapak," sahut Udin cepat.

"Mungkin jadi kayak Bang Jay, tukang mulung atau Mang Aep tukang nyolong," jawab Asep sambil berpikir. "Atau kayak ..., bangkreng!" ucapan Asep terpotong makian saat beberapa butir buah kresen mengenai wajahnya.

"Bacot!" sangkal Udin sambil terus melempari buah kresen pada Asep.

Asep hanya tertawa dan kembali menyamankan diri di atas rerumputan. Sambil memperhatikan Udin yang kini terdiam memegang ujung tangkai buah kresen.

"Tauk ga, Sep? Buah kresen juga bisa menjadi obat kanker," terang Udin seraya tajam menatap buah kresen di tangannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun