Mohon tunggu...
Muthia  Arahmah
Muthia Arahmah Mohon Tunggu... Editor - Thuwailibul ilmi

Penyair Religi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Menyeruput Pilu

22 Februari 2020   19:19 Diperbarui: 22 Februari 2020   19:22 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Jemari tulislah prahara qalbu
Terbesit kata tuk sampaikan rindu
Mendekap diri pada misteri semu
Membungkam nyawa lirih dekapanmu
Tenggelamkan rasa tak berbelenggu

 Kuburlah jiwa-jiwa  bersama duka
Gelombang lara meresap purnama
Biarkan dia bersuara
Memaki bunyi tajam bernada
Menahan sesak menggetarkan raga
Menyubit pilu sakit kian sengsara

Aku bukan kamu
Bukan dia
Berkilah lidah menipu semua
Memaksa diri tuk mengibanya
Hanya pasrah menyeruput pilu didada
Menghasut bathin biarkan percuma
Melintang bisu kearah aksara

Kepada puisi kutitipkan sebuah cahya
Harap dia menyadarinya
Menjatuhkan hati: sembari membelainya nostalgia beradegan tragedi
Direlung hati tak berkondisi
Tanpamu bukanlah ilusi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun