Mohon tunggu...
Danang Arief
Danang Arief Mohon Tunggu... baca, nulis, gowes adalah vitamin kehidupan

Menekuni bidang pengembangan organisasi

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Daun Pintu di Atas Motor, Kreatif atau Kepepet?

3 Agustus 2025   07:07 Diperbarui: 4 Agustus 2025   13:24 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Seorang Bapak yang Berjualan Pintu Keliling Pake Motor. Sumber: Dokumentasi Pribadi

Mungkin si bapak tahu betul peluangnya kecil. Tapi dibanding menunggu konsumen datang ke toko (yang bisa jadi ia tak punya), lebih baik produknyalah yang menjemput kemungkinan.

Refleksi untuk Kita: Ketika Scarcity Hadir di Meja Kerja

Scarcity dalam konteks ekonomi perilaku (behavioral economics) tidak terbatas hanya pada aspek finansial saja. 

Scarcity diartikan sebagai kondisi di mana sumber daya—apakah uang, waktu, energi, perhatian, atau komoditas lainnya—dirasa lebih sedikit dibandingkan kebutuhan atau keinginan kita.

Di kantor, acapkali kita mengalami scarcity. Dan yang kemudian terjadi adalah kita cenderung melakukan keputusan-keputusan cepat (short-term) karena tekanan deadline, meskipun keputusan tersebut tidak optimal dalam jangka panjang.

Cara untuk mengatasi hal ini adalah dengan menerapkan strategi-strategi berikut yang dapat diadaptasi untuk berbagai jenis scarcity—waktu, energi, perhatian, maupun finansial:

1. Membangun Buffer System (Sistem Penyangga)

  • Untuk Waktu: Sisakan 20-30% waktu sebagai buffer dalam jadwal harian.
  • Untuk Energi: Jaga 20% kapasitas energi untuk situasi tak terduga—hindari berkomitmen 100% setiap hari.
  • Untuk Perhatian: Alokasikan "attention reserve" dengan membatasi multitasking dan menjadwalkan waktu fokus.
  • Untuk Finansial: Bangun dana darurat 3-6 bulan pengeluaran dan sisakan 10-15% dari anggaran bulanan untuk keperluan tak terduga.

Buffer ini mencegah kita membuat keputusan reaktif saat menghadapi tekanan scarcity dalam bentuk apapun.

2. Prioritisasi Berbasis Impact-Effort Matrix

  • Untuk Waktu: Fokus pada tugas high-impact, low-effort terlebih dahulu.
  • Untuk Energi: Lakukan pekerjaan yang membutuhkan energi tinggi saat peak energy hours (biasanya pagi).
  • Untuk Perhatian: Tackle tugas paling penting saat attention span masih fresh, hindari task switching yang menguras fokus.
  • Untuk Finansial: Prioritaskan pengeluaran berdasarkan needs vs wants, investasi jangka panjang vs konsumsi sesaat.

Prinsip ini membantu mengoptimalkan sumber daya terbatas untuk hasil maksimal.

3. Mengimplementasikan "Pause Principle"

Berikan jeda 5-10 menit sebelum membuat keputusan penting di bawah tekanan scarcity. Penelitian menunjukkan bahwa jeda singkat ini memungkinkan prefrontal cortex—bagian otak yang bertanggung jawab atas pemikiran strategis—untuk kembali aktif dan mengurangi dominasi sistem limbik yang mendorong respons reaktif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun