Mohon tunggu...
Muksal Mina
Muksal Mina Mohon Tunggu... Lainnya - Candu Bola, Hasrat Pendidik

Be a teacher? Be awakener

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Tren Tiga Bek, Cinta Lama Sepak Bola

23 Juni 2021   22:39 Diperbarui: 24 Juni 2021   15:38 1276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Antonio Conte, manager yang sering menerapkan skema memainkan 3 bek| Sumber: AFP via Kompas.com

Entah bagaimana raut wajah Johan Cruijff di atas sana. Tim kebanggaannya, Belanda, yang pernah dibawanya tenar dengan total football warisan mahaguru Rinus Michels, turun di Euro 2020 dengan wajah tak biasa.

Mungkin sambil garuk-garuk kepala, Cruijff memandang iri pada Gian Piero Gasperini dan Antonio Conte yang sedang ngopi dan tertawa riang, membicarakan Belanda, penganut setia 4-3-3, dan tim-tim besar lainnya nan akhir-akhir ini sedang tersandung cinta lama, konsep taktik yang bersinonim dengan nama mereka berdua; sepak bola dengan 3-man-defence, tiga bek sejajar.

***

Sudah lama sekali sejak pilihan taktik tiga bek tengah ditambah dua bek sayap menjadi taktik beken di sepak bola Eropa. Formasi yang biasanya diasosiakan dengan sepak bola bertahan ini menjadi pilihan utama pada era 1970-an dan 80an. 

Legenda semisal Franz Beckenbauer, Ronald Koeman, dan Franco Baresi angkat nama dalam taktik ini dengan posisi liberonya. 

Terakhir kali popular pada akhir 90an, terutama dipakai oleh tim-tim asal Italia. Maklum, negeri pizza adalah gudang pertahanan nomor wahid. Sebutlah Gli Azzurri, maka catenaccio adalah lanjutannya.

Adalah Arigo Sacchi yang popular dengan pertahanan empat bek saat membangun Milan menjadi The Dream Team penakluk berbagai level kompetisi pada awal 90an. Pilihan taktik yang agak tidak biasa di Italia kala itu.

Adapun Inggris, sudah bertahun-tahun berkutat dengan pola klasik 4-4-2 dan kemudian perlahan memudar dengan masuknya pengaruh para pelatih asing, meracuni Liga Primer Inggris dengan pelbagai variasi taktik, seperti 4-3-3 dan 4-2-3-1. 

Apapun, dasarnya sama, menggunakan empat orang pemain bertahan. Bertahan dengan 5 orang adalah pengecut. Main aman!

Seperti halnya fashion, tren taktik sepak bola belakangan seolah kembali ke gaya lama. Setelah memudar pada era millenium baru seiring taktik 4-2-3-1 dan 4-3-3 menjadi opsi umum, skema tiga bek kembali jamak ditemui di beberapa tahun terakhir. 

Mari kita simak pilihan taktik para juara di empat kompetisi besar, Italia, Inggris, Spanyol, dan Liga Champions.

Dua musim di Inter, Antonio Conte menyulap I Nerazzurri menjadi tim yang kokoh di pertahanan dan produktif di depan dengan mengandalkan pola 3-5-2. Persembahan scudetto musim 2020/2021 adalah bukti sahih keberhasilan taktik Conte. 

Para manajer yang identik dengan skema tiga bek, Gian Piero Gasperini dan Antonio Conte. (Foto : www.gazzetta.it)
Para manajer yang identik dengan skema tiga bek, Gian Piero Gasperini dan Antonio Conte. (Foto : www.gazzetta.it)
Trio Milan Skriniar-Stefan De Vrij-Alessandro Bastoni menjadi tembok super kokoh. Bek sayap Achraf Hakimi dan Ivan Perisic menjadi andalan baik pada fase bertahan ataupun menyerang. 

Total 11 gol dan 12 assist dipersembahkan kedua wing back ini.

Manchester City memang kerap turun dengan formasi awal 4-3-3 dengan kuartet Joao Cancelo-John Stones-Ruben Diaz-Oleg Zichenko di belakang. 

Saat memasuki fase menyerang, pertahanan akan berubah menjadi tiga bek, dengan mendorong Cancelo masuk ke tengah menjadi tambahan gelandang, alias role inverted fullback, dan bek kiri stand by menjaga pertahanan.

Saat mengasuh Barcelona pun, Pep memperkenalkan peran half back yang diemban Sergio Busquet. Secara posisi, Busquet adalah gelandang yang berdiri di depan kuartet pertahanan. 

Namun dalam transisi positif alias momen menyerang, maka Busquet akan berdiri sejajar dengan Gerard Pique dan Carles Puyol, membentuk tiga bek.

Pun begitu saat membesut Bayern Muenchen. Pep menyulap Javi Martinez menjadi sweeper dalam pola 3-1-3-3.

Beralih ke Spanyol, Diego Simeone seolah berkhianat pada formasi 4-4-2 yang diandalkannya selama bertahun-tahun. El Cholo kerap menurunkan pola 3-4-3 yang kadang menjadi 3-6-1 dan 5-4-1 sesuai situasi pertandingan. 

Gelar juara LaLiga Santander dengan jumlah kebobolan paling sedikit (25 gol) adalah bukti.

Chelsea di tangan Frank Lampard adalah anomali. Dengan kualitas skuad bintang lima, Super-Lamps tak mampu membawa The Blues konsisten bersaing di Liga Inggris. Thomas Tuchel pun datang. 

Orang Jerman yang baru saja dipecat PSG itu membuat perubahan signifikan. Konon katanya, konsep bermain dengan tiga bek tengah untuk Chelsea telah dirancangnya di atas pesawat, dalam perjalanan ke London.

Tanpa ampun, Chelsea dibawanya meraih rekor rentetan 13 partai tanpa kalah sejak mula melatih, plus 11 clean sheet, dan tak terkalahkan saat beradu panggung dengan para pelatih beken Liga Inggris dan Liga Champions. 

Akhirnya, semua tahu, meski Timo Werner tetap melawak, London Biru sukses mengangkat si kuping besar Liga Champion 2020/2021. Pola andalan Tuchel: 3-4-2-1.

Bermain dengan Tiga Bek, Bisa Apa?

Publik sepak bola telah mafhum, bahwa frasa tiga bek dalam sudut pandang taktikal tidaklah seharfiah itu. Trio bek yang dimaksud adalah tiga bek tengah yang berdiri sejajar. 

Namun saat situasi bertahan, mereka akan dibantu oleh dua bek sayap, membentuk pertahanan lima bek.

Konsep Bertahan

Johann Cruijff melontarkan kalimat yang sederhana tentang konsep taktik sepak bola:

Dalam menyerang, tim perlu membuat ruang menjadi selebar mungkin. Namun dalam bertahan, buatlah ruang menjadi sesempit mungkin

Bertahan dalam sepak bola memerlukan pergerakan yang compact dari setiap personel, untuk menyempitkan ruang bagi lawan, sekaligus menutup peluang lawan untuk menembak dan menutup gerak.

Maka, pergerakan lini pertahanan haruslah terkoordinasi agar tidak meninggalkan lubang, baik di tengah ataupun di sisi pertahanan.

Misal bola berada di sisi kiri pertahanan, maka para bek akan bergerak kompak menyempitkan area kiri tersebut. Pergerakan ini sudah benar, namun dapat menimbulkan celah di sisi satunya.

Akun Ruang Taktik beberapa hari yang lalu menganalisis taktik yang dipakai di pertandingan Grup F Piala Eropa 2020 antara Jerman dan Portugal. 

Dalam analisisnya dipaparkan bahwa pola empat bek yang dipakai Portugal rentan meninggalkan lubang di salah satu sisi lapangan.

Hal tersebut dimanfaatkan Jerman yang turun dengan formasi pertahanan tiga bek. Dengan menyerang sisi sayap itulah lahirnya gol Robin Gosens, wing back kiri Jerman yang sukses masuk ke sisi kanan pertahanan Portugal.

Skema serangan Jerman. Gosens di kiri berhasil menemukan ruang kosong. (Foto : akun twitter @ruangtaktik)
Skema serangan Jerman. Gosens di kiri berhasil menemukan ruang kosong. (Foto : akun twitter @ruangtaktik)
Taktik lima pemain bertahan dimaksudkan untuk menutup lubang-lubang di lini pertahanan. Dengan tiga bek plus dua bek sayap, maka kedua sisi pertahanan dipastikan tertutup penuh, dan menciptakan kondisi overload alias lebih banyak dari jumlah penyerang lawan. 

Entah itu dua penyerang, trio, ataupun penyerang tunggal.

Menurut Ruang Taktik, atas dasar itulah taktik tiga bek yang berubah menjadi lima bek banyak digunakan saat ini. Kelebaran lapangan akan terjaga. 

Kompensasinya, jumlah pemain di tengah ataupun depan akan berkurang sehingga menuntut para gelandang dan penyerang untuk mengkover area yang lebih luas saat bertahan.

Skema bertahan Jerman dengan lima bek. (Foto : akun twitter @ruangtaktik)
Skema bertahan Jerman dengan lima bek. (Foto : akun twitter @ruangtaktik)
Jamie Redknapp, pundit Sky Sport, berkomentar bahwa ia tidak menemukan celah pada situasi bertahan dalam taktik 3-4-3 Chelsea ala Antonio Conte pada 2017. Semua ruang untuk diserang sudah tertutup.

Alhasil, pilihannya adalah melakukan mirroring, alias menggunakan formasi yang sama untuk menyerangnya. Itulah yang dilakukan oleh Tottenham Hotspur dan Manchester United untuk menaklukkan Conte dan Chelseanya.

Desain Serangan

Duo bek sayap mumpuni adalah kunci dari taktik tiga bek. Dalam situasi menyerang, keduanya akan naik sangat tinggi hingga sejajar dengan penyerang, sekaligus menjaga kelebaran. Maka 5-3-2 akan menjadi 3-3-4 atau bahkan 3-2-5 saat masuk ke area lawan.

Pecinta sepak bola Italia telah lebih dahulu mafhum akan aksi Robin Gosens, jauh sebelum bek sayap kiri Atalanta itu mencuri perhatian di partai melawan Portugal. 

Desain serangan dalam taktik 3-4-2-1 Gasperini memang menciptakan bek sayapnya menjadi tambahan penyerang berbahaya di kotak pinalti lawan.

Simak pula ketergantungan Inter pada Hakimi di musim lalu. Lari kencang dan umpan ciamik menjadikan Hakimi sebagai dinamo dalam taktik Conte.

Ada pula fakta menarik dari taktik Italia asuhan Roberto Mancini di Piala Eropa 2020 ini. Meski diatas kertas memulai laga dengan 4-3-3, Gli Azzurri justru bertranformasi menjadi 3-2-5 saat menyerang.

Italia menyerang dengan lima pemain. Bek kiri, Spinazzolla naik hingga kotak pinalti. (Foto : akun twitter @ruangtaktik)
Italia menyerang dengan lima pemain. Bek kiri, Spinazzolla naik hingga kotak pinalti. (Foto : akun twitter @ruangtaktik)
Idenya adalah dengan mendorong bek sayap kiri (Leonardo Spinazzola) jauh ke depan dan menahan bek sayap kanan menjadi salah satu dari tiga bek.

Satu gelandang juga diberi kebebasan untuk naik membantu trio penyerang dan bek sayap kiri. Lima pemain di area lawan!

Bagaimana dengan trio bek tengah? Kedua bek tepi biasanya akan bergerak melebar, meninggalkan satu orang di tengah.

Kedua bek tepi ini akan bersinergi dengan bek sayap, gelandang dan penyerang untuk menimbulkan situasi menang jumlah di tepi lapangan.

Bastoni yang bermain sebagai bek tepi sebelah kiri juga mencatatkan raihan positif tatkala bersua Wales. Sang bek mencatat angka umpan kunci terbanyak lewat umpan-umpannya ke depan. 

Bukti bahwa bek tengah berperan penting dalam skema serangan.

Maka memiliki bek tengah dengan kemampuan umpan dan dribble yang bagus adalah kemewahan. Ball playing defender.

Konsekuensi Taktik: Kematian Para Sayap?

Tren taktik tiga bek dengan berbagai variasinya boleh jadi akan menimbulkan konsekuensi semisal perburuan bek sayap berkualitas, kembalinya era duet penyerang sebagai kompensasi memperkuat lini tengah dengan tiga gelandang, dan kematian para winger murni, seperti halnya triquartista dahulu.

Pada skema tiga penyerang, trio lini depan biasanya akan diisi oleh satu penyerang tengah dan dua penyerang sayap yang akan bergerak ke dalam ataupun menyisir lapangan.

Dengan adanya bek sayap yang mampu memenuhi sisi lapangan baik dalam situasi bertahan dan menyerang, maka tim yang menggunakan taktik tersebut boleh jadi tidak memerlukan penyerang sayap murni dalam timnya.

Pola 3-5-2, 3-4-3, dan 3-4-2-1 lebih membutuhkan gelandang jempolan untuk membantu serangan bersama wing back.

Penyerang sayap yang ogah turun atau enggan beradaptasi menjadi wing back atau gelandang serang, maka akan ditinggalkan. Peran mereka telah diisi oleh gelandang yang disebut mezzalla.

Gelandang tengah yang bergerak ke area halfspace ini bahu membahu dengan bek sayap untuk memperkuat lini samping.

Akankah sepak bola kehilangan pemain dengan tarian lincah nan kencang khas semisal Arjen Robben dan Ryan Giggs? 

Sepertinya dunia bal-balan kehilangan lakon pemain tiga perempat seperti Roberto Baggio, Rui Costa, dan terakhir Francesco Totti? Mungkin terlalu dini untuk menyimpulkan.

Pastinya, tren taktik di liga besar dan Piala Eropa belakangan, patutlah membuat para pelatih lawas penganut tiga bek berbangga hati.

Senyum-senyum mengenang suatu masa dahulu, saat taktik mereka dicap ketinggalan zaman dan tak akan berhasil di level Eropa.

Tabik pada Gasperini, Antonio Conte, dan..Walter Mazzarri!

Curup,

23.06.2021

Muksal Mina Putra

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun