Dua musim di Inter, Antonio Conte menyulap I Nerazzurri menjadi tim yang kokoh di pertahanan dan produktif di depan dengan mengandalkan pola 3-5-2. Persembahan scudetto musim 2020/2021 adalah bukti sahih keberhasilan taktik Conte.Â
Total 11 gol dan 12 assist dipersembahkan kedua wing back ini.
Manchester City memang kerap turun dengan formasi awal 4-3-3 dengan kuartet Joao Cancelo-John Stones-Ruben Diaz-Oleg Zichenko di belakang.Â
Saat memasuki fase menyerang, pertahanan akan berubah menjadi tiga bek, dengan mendorong Cancelo masuk ke tengah menjadi tambahan gelandang, alias role inverted fullback, dan bek kiri stand by menjaga pertahanan.
Saat mengasuh Barcelona pun, Pep memperkenalkan peran half back yang diemban Sergio Busquet. Secara posisi, Busquet adalah gelandang yang berdiri di depan kuartet pertahanan.Â
Namun dalam transisi positif alias momen menyerang, maka Busquet akan berdiri sejajar dengan Gerard Pique dan Carles Puyol, membentuk tiga bek.
Pun begitu saat membesut Bayern Muenchen. Pep menyulap Javi Martinez menjadi sweeper dalam pola 3-1-3-3.
Beralih ke Spanyol, Diego Simeone seolah berkhianat pada formasi 4-4-2 yang diandalkannya selama bertahun-tahun. El Cholo kerap menurunkan pola 3-4-3 yang kadang menjadi 3-6-1 dan 5-4-1 sesuai situasi pertandingan.Â
Gelar juara LaLiga Santander dengan jumlah kebobolan paling sedikit (25 gol) adalah bukti.
Chelsea di tangan Frank Lampard adalah anomali. Dengan kualitas skuad bintang lima, Super-Lamps tak mampu membawa The Blues konsisten bersaing di Liga Inggris. Thomas Tuchel pun datang.Â