Mohon tunggu...
Ibra Alfaroug
Ibra Alfaroug Mohon Tunggu... Dikenal Sebagai Negara Agraris, Namun Dunia Tani Kita Masih Saja Ironis

Buruh Tani (Buruh + Tani) di Tanah Milik Sendiri

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Doa pada Bunga Kopi dan Musim Kemarau

2 September 2021   16:17 Diperbarui: 4 September 2021   07:41 727
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bunga kopi dibulan Juni dan Juli. Memutih diantara hijaunya daun-daun saat musim bunga tiba. Indah dan harumnya aroma khas kopi, cita rasa kami asa petani.

Dalam do'a tersemat satu harapan, semoga bunga kali ini dapat bertahan dari guyuran air hujan dan jamur penggerek ranting dan dahan.

Hujan dibulan Agustus semoga berakhir. Doa kami, untuk bunga kopi dapat tumbuh menjadi putik lalu menjadi buah kopi yang bulat dan utuh. Hijau, menguning lalu menjadi bewarna merah.

Bunga tidak luruh atau gugur hingga jadi berbuah karena tetesan hujan yang mulai membasahi bumi sepanjang hari, bisa merusak mimpi-mimpi kami.

Hujan, kami bukan benci padamu. Tapi asa dan rasa kami terlalu besar pada bunga kopi ini. Berharap wajah mentari tidak tertutup sang awan hitam, mendung dapatlah terang untuk saat ini.

Biarlah redup asalkan hujan tidak terus menguyuri tanaman kopi yang sedang mekar berbunga indah. Karena bunga untuk kali membutuhkan lebih banyak terang daripada gelap karena akan turun hujan.

Untuk membalas keringat, airmata, dan jerih payah kami. Saat panen tiba. Buah kopi sebanding perjuangan dan pengorbanan lelah kami. Doa yang selalu kami panjatkan.

Mentari bersinarlah, berikan cahayamu tuk menyinari kopi-kopi kami yang sedang berbunga. Agar harapan ditahun depan, mendapatkan apa yang kami citakan.

Musim panas, ya musim kemarau untuk saat ini saja, dan juga disaat musim bunga kopi membutuhkan lebih banyak sinar cahaya sang Mentari. Ini saja.

SALAM

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun