Mohon tunggu...
Muklinatun Sofa Nafisah
Muklinatun Sofa Nafisah Mohon Tunggu... sophaaa

sedang berusaha untuk bisa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Teman Baru Bikin Keki

19 September 2025   13:27 Diperbarui: 19 September 2025   13:27 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sore nanti, Reina cs berencana pergi ke sekolah barunya. Ceritanya hari ini adalah hari terakhir masa pengenalan sekolah di SMA Nusantara. Jadi, besok mereka sudah mulai masuk ke kelas sesuai dengan jurusan masing-masing.

Dan benar saja. Sore harinya, Reina, Dina, Silvi, Citra, Ghea, dan Rika sudah berkumpul di gerbang samping sekolah. Karena gerbang samping tidak pernah di kunci, jadi mereka bisa masuk lewat sana. Satpam yang biasa jaga juga akan pulang setelah kegiatan sekolah usai.

Sore itu keadaan sangat lengang. Tidak ada siswa ataupun guru yang berlalu lalang di sekolah. Reina cs jadi bebas menyusuri lorong sekolah dan melihat keadaan kelas mereka tanpa di tegur oleh siapapun.

Reina : "Kelasnya kita sebelah mana?"

Dina : "Gedung lama, Re. Pas di samping tangga"

Citra : "Itu udah pasti? Nanti tau-tau ganti lagi?"

Dina : "Udah pasti, dah di tempel juga kok papan kelasnya"

Kemudian mereka langsung menuju ruang kelas yang dimaksud oleh Dina. Benar saja, ruang kelas mereka di samping tangga. Sesuai arahan Dina.

Sesampainya di dalam kelas, Ghea langsung mengeluarkan kardus bekas yang sudah dipotong menjadi 3 bagian, spidol, dan lem.

Ghea : "Nih, kalian pilih sendiri mau sebangku sama siapa"

Dina : "Ghe, gue sama elu"

Ghea : "Oke sip. Tulis, gue yang nempel"

Dina : "Hidiih"

Dina mengambil 1 potongan kardus dan menuliskan kata "DI BOOKING" di kardusnya.

Rika : "Lu sama siapa Cit?"

Citra : "Yaudah yok sebangku"

Rika : "Oke sip"

Tinggal Reina dan Silvi yang belum memutuskan. Akhirnya mereka duduk sebangku.

Ghea dan Dina memilih tempat paling kanan dekat jendela yang menghadap langsung ke arah SMK sebelah. Rika dan Citra memilih bangku paling depan bagian tengah. Menghadap langsung ke papan tulis. Sedangkan Reina dan Silvi duduk tepat di belakang Rika dan Citra.

Reina : "Berarti besok bisa berangkat siang nih tanpa takut gak kebagian tempat duduk"

Dina, Ghea, Silvi, Citra, dan Rika serempak menjawab : "YOOII"

Setelah menyelesaikan misinya mereka semua pulang dengan hati yang tenang. Karena sudah mendapat tempat duduk dengan view yang tepat sesuai dengan keinginan mereka. 

***

Paginya Dina dan Rika berangkat lebih awal dari temannya yang lain. Tepat 10 menit sebelum bel masuk berbunyi. Betapa terkejutnya mereka ketika melihat bangku yang kemarin sudah di booking malah sudah ditempati oleh teman kelas mereka. Dan tinggal 3 bangku di paling belakang yang masih kosong.

Tak lama kemudian Ghea, Citra, dan Silvi masuk kelas. mereka juga sama terkejutnya seperti Rika dan Dina. Mereka berjalan menuju bangku paling belakang dengan wajah melongo melihat teman-teman mereka yang duduk di bangku incaran mereka.

3 menit sebelum bel berbunyi. Reina dengan santainya baru menginjakkan kaki di tengah pintu kelas. Air mukanya menunjukkan kebingungan dan seribu pertanyaan terlihat dari sorot matanya. Sampai di tempat duduknya pun ia masih kebingungan.

Reina : "Kenapa bisa kacau gini, Sil?"

Silvi : "Jadi, gini Re...."

Silvi yang duduk di samping Reina menjelaskan bahwa meja yang mereka tempeli dengan kardus sudah berpindah paling belakang. Bukan hanya itu, meja yang di booking Silvi dan Reina justru raib. Kemungkinan pindah ke kelas sebelah.

Reina sangat kecewa mendengar itu. Dan ia menyesal berangkat siang.

Namun, bagaimana pun mereka tidak bisa protes. Mungkin saja bangku yang mereka booking telah dipindahkan oleh pegawai sekolah.

***

Dua bulan berlalu. Reina cs menerima dengan lapang dada menghuni deretan bangku paling belakang. Toh mereka bisa bebas ngobrol kalau lagi ada pelajaran atau guru yang menyebalkan. Tanpa ketahuan. Pokoknya paling aman deh.

Di samping itu ada hal yang merugikan bagi Reina. Sejak masuk kelas 1 SMA dan duduk di bangku paling belakang, Reina baru merasakan bahwa pandangannya tidak jelas alias sedikit kabur.

Akibatnya ia sering berpindah tempat duduk di depan jika ada pelajaran yang mengharuskan mencacat dari papan tulis. Dan pastinya meminta keluasan hati temannya untuk pindah ke bangku paling belakang.

Untungnya setiap kali Reina meminta, pasti ada saja yang dengan lapang dada memberikan tumpangan bangkunya untuk diduduki Reina. Imbalan pun mereka tidak meminta. Karena mereka mendapat bonus tersendiri, yaitu bisa ngerumpi, ngemil snack, dan kegiatan terlarang lainnya tanpa ketahuan oleh guru. Hihihi

***

Siang itu, setelah jam istirahat usai. Semua siswa kelasnya Reina sudah masuk di dalam kelas. Namun, guru yang mengajar tak kunjung masuk kelas. Akhirnya mereka santai di kelas sambil harap-harap cemas semoga gurunya tidak masuk alias jamkos.

Hari yang sangat terik, membuat mereka enggan untuk keluar kelas. Jadi, mereka hanya di dalam kelas dengan kesibukan masing-masing, ada yang ngerumpi di pojok belakang kelas, ada yang membuat konferensi meja bundar yang ketika obrolan makin asik maka kakinya mirip orang di tongkrongan, ada yang ngecengin temen sekelas, maklum masih awal-awal kenal. Sikap jaimnya masih melekat. Jadi, masih kelihatan deh manisnya.

20 menit berlalu. Tiba-tiba guru kimia yang tergolong guru muda masuk ke kelas Reina. Semua siswa sontak berlarian ke bangku masing-masing dan membenarkan sikap duduk mereka.

Reina cs yang berkumpul di bangku belakang pun langsung membereskan kursi ke tempat semula.

Reina : "Wah kabar buruk nih" feeling Reina.

Silvi : "Ehm. Sudah pasti, Re. Jangan lupa goyang Shopee-nya" tambah Silvi mendukung argumen Reina.

Guru kimia tersebut membuka selembar kertas yang dibawanya dari kantor. Sedangkan matanya sibuk mencari spidol yang biasanya tergeletak di meja guru. Dan mulai menuliskan yang telah tertulis di kertas HVS-nya.

Guru kimia : "Silakan kalian semua simpan buku Biologi di dalam tas. Sisakan 1 kertas di meja dan alat tulis"

Siswa : "Yaahh" mereka dengan malas memasukkan buku ke dalam tas. Namun, ada juga yang mencoba membuka-buka materi siapa tau ada yang nyangkut di otak. Dikira daging kali, nyangkut di gigi. Hihihi

Reina : "Kata gue jangan lu lihat papan tulis, Sil. Apalagi sampai baca"

Silvi : "Ah iya, bisa kacau"

Sesuai dengan instruksi Reina. Di papan tulis paling atas sebelum soal telah tertulis "Barangsiapa yang mencontek maka ilmunya tidak bermanfaat dan masuk neraka". Itu hal kedua yang menyebalkan dari guru kimia yang baru itu.

Hampir seisi kelas tidak menyukainya. Kecuali sebagian siswa cewek yang terpesona dengan tampangnya yang lumayan. Apalagi masih 'single'.

Banyak gosip tersebar bahwa dulu jaman sekolah, guru kimia baru tersebut sering menjadi juara kelas. Namun, nyatanya setiap menjelaskan tidak pernah memahamkan. Kemudian, penjelasan materi hanya dilakukan sekali dan meminta semua siswanya paham. Dan yah, tidak ada yang paham.

Setelah menjelaskan. Beliau meminta siswanya untuk mengerjakan soal serupa. Di sela-sela mengerjakan beliau akan asik membahas goyang Shopee, seperti yang dikatakan Silvi. Meskipun hal tersebut menyebalkan bagi sebagian anak. Namun, berbeda reaksi bagi Reza. Ia akan setia meladeni sang guru kimia. Alasannya bukan karena satu frekuensi, melainkan untuk mengalihkan perhatian dari pembelajaran agar setelah itu, tau-tau jam pelajaran telah usai.

Itu sedikit uneg-uneg tentang guru kimia. Sekarang kita kembali ke cerita biar tidak terlalu panjang. Hihihi

***

6 soal Biologi telah tertulis di papan tulis. Guru kimia pun langsung meninggalkan kelas. Selama penulisan soal di papan tulis, ternyata Reina telah sibuk menyusun rencana. Ia membagikan 6 kertas kepada temannya termasuk dirinya. Untuk menuliskan jawaban, masing-masing anak menjawab 1 soal.

Hal tersebut diketahui oleh seisi kelas. Memang mereka tidak berniat untuk merahasiakan hal tersebut. Toh pada akhirnya kertas jawaban tersebut akan berputar ke seluruh kelas. Kecuali bagi mereka yang memang pintar atau saking patuhnya sama peraturan. Sehingga tidak berani mencontek.

Tapi ada hal yang harus kalian ketahui, Reina cs itu terdiri dari anak-anak yang pandai dalam bidang akademik. Bahkan beberapa dari mereka adalah juara kelas sewaktu SMP. Hanya saja perilaku mereka tidak semanis anak yang biasanya pandai akademik, seperti pada umumnya. Dan memang tidak ingin memperlihatkannya.

***

Ulangan berlangsung kondusif. Tidak ada yang bentrok di dalam kelas gara-gara soal yang sulit. Kecuali yang tidak bisa mengerjakan.

Reina cs juga sudah menulis bagian jawaban soal di kertas yang telah disiapkan. Meskipun masing-masing dari mereka bisa menjawab seluruh soal sendiri. Ternyata soalnya tidak sesulit yang mereka bayangkan. Karena masih materi awal yang ketika dibaca mudah dipahami. Jadi, ya mereka pasti bisa menjawab.

Penyebaran kertas jawaban di mulai dari Andy, yang tempat duduknya tepat di depan Rika. Ia mulai berbisik-bisik ria meminta jawaban. Kemudian mengambil kertas yang ada di meja Rika dan Citra. Dari sana kertas-kertas itu pun mulai menyebar ke seisi kelas.

Tepat saat jam pelajaran selesai. Semua siswa sudah mengumpulkan kertas jawaban di meja guru. Dan siap untuk dikumpulkan di kantor.

***

2 minggu berlalu.

Pagi itu, saat seisi kelas lagi khusyuk mencatat materi Matematika yang ada di papan tulis, tiba-tiba Andy masuk kelas dan meminta Reina, Rika, serta Silvi untuk ke kantor BK.

Reina : "Suruh ngapain?" bisiknya pada Andy.

Andy : "Gak tau deh, Re. Udah turun dulu sana"

Reina : "Ish" kemudian Reina menutup buku catatannya dan meminta izin keluar kelas.

Reina, Rika, dan Silvi langsung ngacir keluar kelas.

Setibanya di ruang BK, guru BK ternyata sudah menunggu di depan ruangannya. Setelah masuk ke dalam ruangan, guru BK siap menyidang mereka atas perbuatan mereka yang melakukan contekan di kelas dua minggu lalu. Dan menuduh mereka membuat geng di dalam kelas.

Reina cs jelas terkejut dengan pernyataan guru BK yang dinilai hanya melihat dari satu sudut pandang. Tanpa meminta pendapat dan mau tau keadaan yang terjadi sebenarnya kala itu. setelah itu, guru BK juga mengancam untuk memberikan surat panggilan kepada orang tua mereka jika masih mengulangi perbuatan buruk mereka lagi.

Reina cs hanya mengangguk mengiyakan perintah dari guru BK tersebut. Karena percuma saja, pendapatnya tidak akan pernah didengar apalagi dibenarkan.

Sekeluarnya dari ruang BK, muka Reina, Rika, dan Silvi jelas kusut. Kayak baju nggak pernah disetrika. Karena mereka tidak diberi ruang untuk memberikan penjelasan yang sebenarnya.

Rika : "Kok kita kayak dituduh gini ya?"

Reina : "Orang yang nyontek juga hampir sekelas. Kita aja nggak nyontek kok"

Silvi : "Emang kita nge geng?"

Rika : "Kalau nge-geng kita gak bakalan mau ngasih contekan ke temen yang lain. huh"

Reina : "Tapi pasti ada biangnya nih"

Rika & Silvi : "Bener banget, Re"

Rika : "Lagian guru BK kan gak pernah ke kelas kita, apalagi sampai memantau"

Seusai kejadian tersebut, Reina cs mulai gencar mencari tahu siapa dalang yang menyebarkan kronologi cerita tidak lengkap kepada BK.

Ternyata, usut punya usut. Ada salah satu teman kelas Reina yang syirik dengan pengumuman nilai ulangan Biologi, yang rata-rata semua siswa mendapat nilai bagus. Jelas itu membuatnya keki setengah mati. Mungkin saja dia takut tersaingi. Hihi. Akhirnya imbasnya terkena Reina cs.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun