Saat sekolah keluarkan kebijakan alih kasus ke psikolog. Takut, tidak mau ribet, dan sudah pasrah ke sekolah dengan harapan anaknya yang sedang mengalami masalah dapat secara mudah diselesaikan oleh guru BK (Bimbingan Konseling) dan tim kesiswaan.Â
Kiranya inilah rangkuman saya terhadap orang tua siswa seputar mitos-mitos datangi psikologi.Â
Mindset konsultasi ke psikolog dianggap gila
Dipungkiri atau tidak, sebutan orang gila telah melekat pada seseorang yang sering berkunjung ke psikologi maupun psikiater.Â
Sebutan gila menurut medis dan psikologi yaitu schizophrenia gangguan mental dengan salah satu gejalanya mengalami halusinasi, mendengarkan bunyi yang sejati fana dan melihat sesuatu yang tidak nampak.Â
Riilnya pergi ke psikologi tidak berarti kamu gila. Psikolog akan membantumu secara profesional guna mengatasi apa penyebab keluh kesahmu.
Hasil wali murid saya pasca berkunjung ke psikolog membuat hati seorang ibu lega. Awal pertemuannya bersama psikolog di ruangan privasi.Â
Siklus observasi data, mulai dari ngobrol salah satu sumber. Jika terdapat sumber lebih dari satu, maka strategi yang digunakan yaitu menggali satu per satu.Â
Tahapan kedua semua sumber dikumpulkan menjadi satu pada ruangan yang sama. Psikolog akan croscek melalui kesepakatan terlebih dahulu, jadi pada sesi ini ada beberapa hal yang masih dan tidak boleh tersampaikan psikolog untuk menyatukan data.Â
Pada pertemuan selanjutnya, jika belum ditemukan perkembangan, dapat mengambil data dari sumber lain yang lebih akurat. Terakhir akan diambil tindak lanjut atas refleksi kasus.Â