Kantor ibarat rumah sendiri. Sehingga ketika hendak resign entah  mengundurkan diri maupun diberhentikan, maka senantiasa unggulkan akhlak dan nurani positif guna berpamitan secara baik-baik. Semisal tidak bisa berikan penghargaan kepada kantor setidaknya jangan tinggalkan kenangan buruk di dunia kerja!
Hati-hati jika mau cerita ke orang lain, tembok kantor dapat berbicara
Nah, siapa yang pernah rasakan tembok bisa dengar serta auto bicara ke khalayak kantor? Pastinya hampir semua orang pernah mengalami.Â
Aturan tak tertulis terkait kewaspadaan saat keluarkan isi hati, kata kuncinya jangan salah pilih teman curhat. Siapa teman siapa lawan, kata kunci sebagai pengantar semedi dengan diri sendiri sebelum putuskan bersama siapa Anda bercerita.Â
Manusiawi ketika suntuk di dunia kerja dan terlibat pembicaraan, hati-hati menjaga mulut. Ingatlah bahwa yang kita anggap kawan belum tentu bisa menjaga kerahasiaan kita. Jika memungkinkan, uji dulu rekan kita. Apakah benar-benar amanah atau sebaliknya.
Kalau hendak cuti jangan asal tinggal kerjaan
Hela napas panjang saat teman sejawat cuti tanpa beri aba-aba dulu. Campur aduk suasana hati. Kalau hanya cuti tanpa tinggalkan kerjaan, bisa dimaafkan. Tapi kondisi yang sering dijumpai, teman cuti berbekas tumpukan laporan dan harus segera dituntaskan. Mood booster seketika sirna.Â
Seandainya tidak usai dalam selesaikan kerjaan, sebelum cuti Anda bisa lampirkan catatan supaya teman yang gantikan job dapat selesaikan diiringi keikhlasan hati.
Jangan ikut-ikutan politik kantor, netral saja
Namanya saja dunia kerja, ada pimpinan ada pula bawahan. Jenjang karier atau struktural jabatan selalu berputar. Peralihan pimpinan, rotasi bagian, dan regenerasi penugasan secara natural serta aturan nyata terjadi.Â
Tugas kita hanyalah ikuti alur dan jalani trik maupun siasat politik di dunia kerja. Cari aman? Bisa iya, bisa tidak. Iya, karena kita tidak mau terlibat langsung andai ada hal yang tidak diinginkan di kemudian hari, apalagi sampai titik pemindahan ke luar kota.Â