Mohon tunggu...
Muharika Adi Wiraputra
Muharika Adi Wiraputra Mohon Tunggu... welcome my friend

memayu hayuning bawana

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jalan Pulang yang Tak Lagi Sama

31 Juli 2025   22:52 Diperbarui: 1 Agustus 2025   00:10 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Arga diam. Perasaannya seperti dicelupkan ke air es. Rasanya dingin dan menusuk.

Keesokan harinya, ia tak melihat Alya di sekolah. Begitu juga besoknya. Sampai hari terakhir di mana hujan reda dan langit cerah kembali, Ayla muncul. 

"Kamu udah tahu ya?" tanya Alya saat mereka bertemu di gerbang sekolah.

Arga mengangguk. "Aku dengar dari Pakde penjual dekat Masjid."

Mereka berjalan seperti biasa, melewati jalan setapak, menyusuri kebun bunga matahari. Tapi hari itu terasa sunyi, walaupun burung-burung tetap berkicau dan angin tetap bertiup.

"Aku bakal kangen sepeda kamu yang bunyinya srek-srek itu," ucap Alya sambil tersenyum.

"Aku juga bakal kangen kamu yang suka niru-niru suara guru," balas Arga pelan.

Mereka berhenti di tikungan terakhir sebelum jalan bercabang. Biasanya, Arga akan belok ke kanan, Alya ke kiri. Tapi hari itu mereka berhenti lebih lama.

Alya diam sejenak, menatap bunga matahari di sebelah mereka.

Arga menunduk. Tangannya menggenggam setang sepeda erat-erat.

Lalu Alya tersenyum. Senyum yang indah tapi juga menyakitkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun