Mohon tunggu...
Muh Khamdan
Muh Khamdan Mohon Tunggu... Researcher / Analis Kebijakan Publik

Berbagi wawasan di ruang akademik dan publik demi dunia yang lebih damai dan santai. #PeaceStudies #ConflictResolution

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Menyusun Ulang Puzzle Kemenangan, Indonesia Tumbang di Sudirman Cup 2025

3 Mei 2025   22:39 Diperbarui: 3 Mei 2025   22:39 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Amalia Cahaya Pratiwi dan Siti Fadia Silva Ramadhanti sebagai pasangan ganda Indonesia di Piala Sudirman 205 (Sumber: cnnindonesia.com)

Sabtu, 3 Mei 2025, menjadi hari yang pahit bagi publik bulutangkis Indonesia. Harapan mengulang kejayaan Sudirman Cup 2007 pupus di tangan Korea Selatan, dalam semifinal yang menyisakan banyak pelajaran. Bertempat di Fenghuang Gymnasium, Xiamen, tim Merah Putih harus mengakui keunggulan lawan dengan skor 2-3, hasil yang membangkitkan kembali soal arah strategi PBSI dalam ajang beregu campuran sekelas ini.

Satu hal yang paling mencolok dari kekalahan ini adalah keputusan PBSI untuk menurunkan pasangan eksperimen di sektor ganda campuran, Dejan Ferdinansyah dan Siti Fadia Silva Ramadhanti. Di atas kertas, pasangan ini belum menunjukkan kekokohan sinergi taktis yang dibutuhkan melawan Seo Seung Jae/Chae Yu Jung, salah satu pasangan paling solid dan berpengalaman dunia.

Kekalahan dua set langsung 21-10 dan 21-15 mengindikasikan bahwa strategi "uji coba" ini bukan hanya prematur, tapi juga tidak realistis dalam skenario semifinal. Menghadapi tim sekelas Korsel seharusnya menggunakan pendekatan taktis berbasis data performa kombinasi terbaik, bukan semata mengejar jam terbang duet baru.

Kemenangan bukan soal siapa yang lebih kuat, tapi siapa yang paling siap secara strategi. Sudirman Cup 2025 mengajarkan bahwa keberanian mencoba harus diimbangi perhitungan matang.

Namun di tengah kekecewaan, sorotan positif wajib diberikan kepada Alwi Farhan. Pemuda 19 tahun ini menampilkan performa luar biasa dalam tunggal putra, menaklukkan Cho Geonyop dengan dominasi mutlak di dua set akhir 21-8, 21-8. Bukan kebetulan, sebelumnya Alwi juga mengalahkan Anders Antonsen, pemain top dunia asal Denmark.

Apa yang ditunjukkan Alwi bukan hanya permainan cepat dan lincah, tapi kematangan strategi reli pendek serta disiplin dalam menekan ke arah backhand lawan. Alwi adalah representasi dari pola latihan baru PBSI di pelatnas, yang menggabungkan kecerdasan taktik Eropa dengan daya eksplosif khas Asia Tenggara. Sayangnya, performa Alwi belum cukup menular ke sektor tunggal putri. Putri Kusuma Wardani, meski bermain penuh determinasi, tetap tak sanggup menandingi kecerdasan strategi rally dan konsistensi An Se Young. Kekalahan 18-21 dan 12-21 mencerminkan gap kualitas dan kedalaman mental bertanding.

Titik balik sejenak muncul dari ganda putra. Bagas Maulana dan Muhammad Fikri bermain penuh semangat patriotik, memaksakan rubber set dan menang dramatis 25-23 di set penentuan atas Kim/Seo. Kemenangan ini bukan hanya soal fisik, tapi juga keberanian melakukan drive cepat dan variasi tempo saat reli panjang.

Namun drama sesungguhnya terjadi di partai terakhir, ganda putri. Keputusan PBSI menurunkan Fadia lagi, kali ini bersama Amalia Pratiwi, merupakan manuver taktik yang terlalu berisiko. Di level ini, stamina adalah bagian dari strategi. Fadia yang sudah terkuras tenaganya di ganda campuran, tampak tak lagi bertenaga super menghadapi gempuran Baek Ha Na/Lee So Hee.

Skor rubber set yang ketat sebetulnya memperlihatkan bahwa kualitas Fadia dan Amalia tidak buruk. Namun permainan transisi mereka sering terlambat mengantisipasi drop shot cepat lawan, dan rotasi peran depan-belakang tidak cukup cair. Dalam 1 jam 30 menit itu, terlihat bahwa ketahanan fisik belum diintegrasikan maksimal dalam desain strategi PBSI.

Strategi dalam bulutangkis modern bukan hanya soal siapa bermain di mana, tapi kapan dan bagaimana mereka dimainkan. Penempatan pemain di sektor penentuan membutuhkan analisis mikro berbasis durasi pertandingan, kecocokan gaya bermain, dan rekam performa terhadap lawan spesifik.

Kekalahan ini memberi pesan kuat bahwa turnamen beregu seperti Sudirman Cup tidak bisa disikapi sebagai ajang eksperimen. Ini adalah pertarungan gengsi, harga diri bangsa, dan representasi arah manajemen olahraga kita. Jika ingin bersaing setara dengan Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan, PBSI perlu berani melakukan desain strategi terstruktur lima tahun ke depan, bukan pendekatan "tunggu performa" berdasarkan insting pelatih di tengah turnamen.

Alwi menunjukkan masa depan cerah bulutangkis Indonesia. Tapi masa depan tak bisa disandarkan pada satu nama, strategi kolektif tetap kunci utama. 

Sudah saatnya Indonesia lebih sering menerapkan sistem match simulation-based selection, di mana seluruh calon pasangan menjalani laga uji kompetitif intensif, lalu dipilih berdasarkan data performa dan prediktor kelelahan. Ini sudah lama diterapkan di China dan Denmark, dengan hasil stabil. Meskipun sebelum keberangkatan Indonesia juga sudah menerapkan pola match simulation-based selection, namun pemilihan pemain untuk menyesuaikan pemain lawan menjadi titik krusial.

Sudirman Cup 2025 memang gagal menghadirkan bendera Merah Putih di final. Tapi mari jadikan ini bukan hanya sebagai duka kekalahan, melainkan pemantik untuk membangun cetak biru taktik nasional bulutangkis Indonesia yang lebih modern, berbasis sains olahraga dan manajemen data elite.

Indonesia punya talenta, semangat, dan kultur bulutangkis yang kuat. Tinggal kini bagaimana PBSI dan pelaku olahraga nasional bersatu dalam strategi besar, tidak hanya jago kandang, tapi juga jago berpikir taktik beregu yang terstruktur. Karena kemenangan, sejatinya adalah hasil dari taktik yang dipersiapkan, bukan hanya semangat yang dibakar.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun