Alwi menunjukkan masa depan cerah bulutangkis Indonesia. Tapi masa depan tak bisa disandarkan pada satu nama, strategi kolektif tetap kunci utama.Â
Sudah saatnya Indonesia lebih sering menerapkan sistem match simulation-based selection, di mana seluruh calon pasangan menjalani laga uji kompetitif intensif, lalu dipilih berdasarkan data performa dan prediktor kelelahan. Ini sudah lama diterapkan di China dan Denmark, dengan hasil stabil. Meskipun sebelum keberangkatan Indonesia juga sudah menerapkan pola match simulation-based selection, namun pemilihan pemain untuk menyesuaikan pemain lawan menjadi titik krusial.
Sudirman Cup 2025 memang gagal menghadirkan bendera Merah Putih di final. Tapi mari jadikan ini bukan hanya sebagai duka kekalahan, melainkan pemantik untuk membangun cetak biru taktik nasional bulutangkis Indonesia yang lebih modern, berbasis sains olahraga dan manajemen data elite.
Indonesia punya talenta, semangat, dan kultur bulutangkis yang kuat. Tinggal kini bagaimana PBSI dan pelaku olahraga nasional bersatu dalam strategi besar, tidak hanya jago kandang, tapi juga jago berpikir taktik beregu yang terstruktur. Karena kemenangan, sejatinya adalah hasil dari taktik yang dipersiapkan, bukan hanya semangat yang dibakar.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI