Lihatlah, purnama kini sangat indah
Seindah senyum yang terlukis di wajahmu
Senyum beribu makna yang ambigu
Saat purnama kemarin kujenguk ibumu
Kuriwayatkan kepadanya kisahmu yang sering sendu
Tak berucap. Beliau hanya tersenyum teduh
Dan mengamanatkan kepadaku kebahagiaanmu
Ibu bertanya, "Kapankah dia pulang, Nak?"
"Entahlah, Bu. Tiada yang tahu."
"Jika demikian, kutitipkan dia kepadamu karena kuyakin bahwa putriku, tidak lain, adalah tulang rusukmu. Nak, kau adalah tulang punggung. Tulang punggung sejati tak kan pernah membiarkan tulang rusuknya pecah. Jaga dia."
Lalu ibu menutup mata
Dan pelayat mulai berdatangan
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!