Dulu, saat teman-teman berkumpul, traktiran sering kali menjadi ajang saling berbagi. Jika hari ini A yang mentraktir, besok B yang gantian. Tidak ada yang merasa terbebani, karena semua memahami bahwa suatu saat akan ada giliran mereka untuk berbagi.
Budaya ini menciptakan kedekatan dan rasa saling memiliki di antara teman-teman, baik di lingkungan kerja, kampus, maupun tempat tinggal. Namun, kini situasinya berbeda. Perlahan, kebiasaan ini mulai memudar. Orang-orang yang dulu antusias mentraktir kini lebih memilih untuk membatasi pengeluaran.
Jika dulu nongkrong terasa santai tanpa perlu memikirkan siapa yang membayar, sekarang kebanyakan orang lebih nyaman dengan konsep "split bill" atau bayar masing-masing. Bahkan, ada yang terang-terangan mengatakan, “Maaf ya, lagi hemat,” sebagai bentuk kejujuran bahwa kondisi finansial mereka tidak sefleksibel dulu.
Perubahan ini bukan tanpa alasan. Biaya hidup yang semakin tinggi, ketidakpastian ekonomi, dan meningkatnya kebutuhan pribadi membuat banyak orang lebih berhati-hati dalam mengelola keuangan. Tidak sedikit yang harus menyusun anggaran lebih ketat, memprioritaskan kebutuhan pokok, dan menghindari pengeluaran yang dianggap kurang esensial termasuk mentraktir teman saat nongkrong.
Apakah Ini Tanda Solidaritas yang Memudar?
Banyak yang menganggap hilangnya budaya traktir sebagai tanda bahwa rasa solidaritas dalam masyarakat mulai berkurang. Dulu, traktiran bukan sekadar soal berbagi makanan atau minuman, tetapi juga mencerminkan kepedulian dan rasa kebersamaan.
Ketika budaya itu perlahan menghilang, banyak yang bertanya-tanya: apakah kita semakin individualistis? Apakah kita mulai lebih mementingkan diri sendiri dibandingkan menjaga hubungan sosial? Namun, di sisi lain, perubahan ini juga bisa dilihat sebagai bentuk adaptasi terhadap kondisi ekonomi yang semakin sulit.
Bukan berarti orang-orang tidak peduli lagi dengan teman-temannya, tetapi mereka juga harus lebih realistis dalam mengatur keuangan. Saat biaya hidup terus meningkat, gaji stagnan, dan ketidakpastian ekonomi semakin terasa, wajar jika banyak orang memilih untuk lebih berhati-hati dalam mengeluarkan uang.
Lagi pula, kebersamaan tidak selalu harus diwujudkan dalam bentuk traktiran. Ada banyak cara lain untuk tetap menjaga hubungan sosial tanpa harus membebani kondisi finansial. Misalnya, dengan tetap meluangkan waktu untuk bertemu, berbagi cerita, atau bahkan sekadar saling mendukung di masa-masa sulit. Mungkin sekarang traktiran semakin jarang, tetapi bukan berarti persahabatan dan solidaritas ikut menghilang.
Hilangnya budaya traktir di tempat nongkrong adalah cerminan dari perubahan ekonomi dan gaya hidup masyarakat. Kondisi finansial yang semakin menantang membuat banyak orang lebih berhati-hati dalam mengelola pengeluaran, termasuk dalam hal-hal kecil seperti mentraktir teman.
Jika dulu traktiran dianggap sebagai bentuk kebersamaan dan solidaritas, kini banyak yang lebih memilih untuk membagi tagihan atau membatasi aktivitas sosial demi menjaga kestabilan keuangan pribadi. Namun, perubahan ini bukan berarti kebersamaan harus hilang.