Produktivitas semu naik -- velocity tampak gemuk selama dua minggu pertama.
Kualitas ambruk -- bug melonjak, refactor tertunda, dokumentasi hilang.
Testing tercekik -- karena semua delay parkir di akhir, tim QA berperan bak petugas pemadam.
Kelelahan kronis -- burnout menurunkan retensi, rekrutmen jadi biaya anyar.
Jika kita gambar bagan arus kas, kurva biaya jangka panjang melejit justru setelah proyek dirilis. Â Inilah paradoks: menghemat seminggu di awal bisa menambah berbulanbulan perbaikan pascapeluncuran.
Ekonomi di Balik Baris Kode: Mengapa Angka Tidak Pernah Bohong
1. Â HitungHitungan Sederhana
Misal tim merencanakan 1.000 jam kerja dengan tarif ratarata Rp200k/jam biaya langsung Rp200juta. Â Manajer lalu memangkas jadwal 20%. Â Berdasar model COCOMO, usaha bisa naik hingga 35%. Â Artinya total jam membengkak jadi 1.350 jam = Rp270juta. Â Selisih Rp70juta adalah harga kecepatan palsu.
2. Â Capital Budgeting di Dunia Kode
Investor perangkat lunak sejatinya menjalankan capital budgeting: menakar biaya awal, biaya pemeliharaan, dan pendapatan yang diganjarkan fitur. Â Namun ketika jadwal dipaksa ramping, analisis ini sering tenggelam. Â Pekerjaan perbaikan pasca rilis jarang dihitung sebagai capex, padahal ia tetap menelan sumber daya.
3. Â CostBenefit Bukan Alat Hiasan
CostBenefit Analysis selayaknya lampu sorot: ia menyingkap konsekuensi mencomot 'jalan pintas'. Â Tambah orang di menit akhir? Â Brook's Law bilang komunikasi meledak, biaya naik. Â Memotong fase uji? Â Risiko recall meroket, reputasi tergerus---laba masa depan pun bocor.