Apakah mahasiswa harus mahir dalam menulis?Â
Saya tidak berbicara tentang menulis pesan WhatsApp, tweet, atau caption Instagram. Keterampilan ini, bagi sebagian orang, memang penting. Yang saya maksud adalah menulis karya akademik di mana mereka harus menunjukkan kemampuan untuk berargumen, berpikir logis, dan menyampaikan poin-poin dengan jelas dan sistematis.
Ada keluhan yang semakin meluas bahwa keterampilan menulis mahasiswa dan sarjana kita tidak memadai. Saya tidak tahu apakah mereka dapat menulis dengan baik 50 tahun yang lalu, tetapi, menilai situasi saat ini, banyak orang memulai kuliah sebagai penulis pemula dan kemudian lulus dengan sedikit atau tanpa peningkatan.
Kondisi ini, bagi beberapa pengamat, tidak perlu dikeluhkan karena mahasiswa memang tidak wajib untuk mahir dalam menulis, terutama pada bidang ilmu yang lebih menekankan praktik seperti teknik dan pertanian.
Sebenarnya saya setuju bahwa mahasiswa tidak "wajib" jago menulis, tetapi saya percaya bahwa mereka tetap harus belajar (dan dibimbing) untuk menjadi mahir dalam menulis secara akademik.
Alasan pertama adalah kepraktisan. Orang bisa saja mengharuskan pemain akademi sepak bola untuk bermain sejago Lionel Messi. Pertanyaannya, siapa yang tidak mau? Sama halnya jika kita "mewajibkan" mahasiswa untuk jago menulis, itu tidak membantu sama sekali karena menjadi "jago" merupakan hasil dan bukan (hanya) masalah kemauan.
Alasan kedua tidak hanya berkaitan dengan tanggung jawab mahasiswa sebagai civitas academica untuk menghasilkan karya ilmiah yang dapat membantu masyarakat menjadi lebih baik, tetapi menulis itu sendiri telah menjadi keterampilan dasar yang dibutuhkan dalam profesi apa pun. Tidak ada jalan keluar dari menulis. Insinyur, pebisnis, dokter, dan pengacara tetap harus menulis.
Itu karena menulis lebih dari sekadar aktivitas merangkai kata-kata. Seseorang yang menulis sebenarnya sedang mengasah dan mempraktikkan banyak keterampilan dasar yang menjadi prasyarat profesi paling praktikal sekalipun, di antaranya berpikir kritis, membuat argumen dan mengomunikasikannya dengan jelas dan terstruktur, serta manajemen waktu.
Jadi, meskipun mahasiswa tidak "wajib" menjadi mahir dalam menulis, mereka tetap harus berusaha menjadi demikian.
Mengapa keterampilan menulis mahasiswa rendah?
Setiap disiplin ilmu memiliki kriterianya tersendiri tentang apa yang dianggap sebagai tulisan "berkualitas tinggi". Jadi, saya tidak terlalu tertarik untuk menyajikan data statistik apa pun yang mengindikasikan buruknya keterampilan menulis mahasiswa secara umum. Saya lebih memilih untuk menceritakan pengamatan pribadi terhadap bidang saya sendiri.