Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Tidak, Kerja Berlebihan Tidak Membuat Kita Lebih Produktif

26 Februari 2025   10:16 Diperbarui: 26 Februari 2025   11:09 615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandangan semacam itu, yang juga terkenal dipromosikan oleh Thomas Alva Edison, merupakan pandangan klasik mengenai korelasi positif antara jam kerja dan tingkat produktivitas: semakin lama bekerja, semakin besar pula produktivitas yang dihasilkan. Lantas, benarkah begitu?

Mitos "lebih lama lebih baik"

Laporan Organisasi Buruh Internasional (ILO) menemukan bahwa respons produktivitas per jam terhadap peningkatan waktu kerja tertentu selalu negatif. Tambahan waktu kerja tidak hanya menurunkan hasil (output), tetapi juga menurunkan hasil dalam bentuk produksi tambahan dengan lebih cepat.

Selain itu, khususnya di kalangan pekerja industri, jam kerja panjang meningkatkan tingkat kesalahan dan kecelakaan kerja; demikian pula, bagi pekerja yang bergulat dengan pengetahuan seperti akademisi dan penulis, kelelahan dan kurang tidur menyulitkan mereka untuk mencapai tingkat kognitif yang tinggi.

Jadi, paradigma kuno "lebih lama lebih baik" tidak sepenuhnya benar dan mengabaikan kebenaran mendasar tentang sifat alamiah manusia. Tidak seperti mesin yang bisa beroperasi terus-menerus dalam performa terbaik (bahkan pada suatu waktu pun berhenti juga), kita adalah makhluk biologis dengan energi dan daya tahan terbatas.

Sejauh ini, penelitian-penelitian yang ada menemukan pola produktivitas yang cukup konsisten: setelah melewati titik tertentu, orang yang terlalu banyak bekerja menjadi kurang efisien dan kurang efektif. Dengan kata lain, ada waktunya ketika semakin kita banyak bekerja, semakin kita tidak produktif.

Pola tersebut mengikuti hukum ekonomi "diminishing marginal returns".

Menurut hukum ini, sebagian besar hal memiliki tingkat pengembalian marginal yang semakin berkurang. Artinya, semua hal dianggap sama, unit pertama dari sesuatu bernilai lebih tinggi daripada unit berikutnya, yang bernilai lebih tinggi daripada unit berikutnya.

Sederhananya, "terlalu banyak hal yang baik juga bisa jadi tidak baik".

Bayangkan sebuah restoran kecil. Pada mulanya, penambahan satu koki baru akan meningkatkan jumlah makanan yang diproduksi dengan signifikan. Namun, setelah jumlah koki sudah cukup dan dapur memiliki keterbatasan ruang serta peralatan, penambahan koki berikutnya tidak akan menambah produksi sebanyak sebelumnya.

Jika restoran terus menambahkan koki, pada akhirnya mereka akan saling mengganggu dan hasil produksi justru akan menurun.

Produktivitas juga sama. Misalnya, saya menyadari bahwa setelah saya menghabiskan tiga jam untuk menulis, saya masih bisa bekerja tetapi tidak seefektif sebelumnya. Kata-katanya keluar lebih lambat. Pikiran saya teralihkan oleh hal-hal kecil. Setiap kalimat membutuhkan lebih banyak usaha, seolah saya sedang berenang di kolam madu dan bukan air.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun