4. Ketika Dunia Mulai Melirik
Kabar kesembuhan itu menyebar cepat. Media lokal menulis tentang "bunga bercahaya yang menyembuhkan penyakit paru." Foto Sinta bersama bunga Mata Kucing muncul di halaman depan surat kabar. Tak lama kemudian, perusahaan farmasi besar dari Jakarta datang menawari kerja sama penelitian.
Arkan, yang kini diangkat sebagai ketua tim riset, mulai dihujani tawaran dana besar. Namun di tengah gemerlap kesempatan, ia tetap teringat janji pada Sinta: bunga itu bukan untuk dijual.
Di sisi lain, Sinta mulai kewalahan. Banyak orang datang ke rumahnya di desa, membawa bunga serupa, berharap mendapatkan efek penyembuhan. Padahal bunga itu hanya bereaksi pada ikatan emosional dan ketulusan, bukan sekadar bentuk fisiknya.
Karena itu, banyak yang kecewa.
"Ini semua cuma dongeng," kata salah satu pengunjung sinis.
"Kalau benar menyembuhkan, mengapa tidak dijual saja?"
Sinta hanya tersenyum lemah. Ia tahu, tidak semua hal suci bisa dijelaskan dengan logika pasar.
Arkan datang ke desa setelah mendengar keramaian itu. Ia duduk bersama Sinta di beranda rumah panggung sambil memandang senja yang menyalakan warna di langit.
"Aku takut bunga itu akan diambil orang," kata Sinta pelan.
"Kita akan lindungi. Aku akan mendaftarkan hak paten biologisnya atas nama ayahmu, bukan perusahaan," jawab Arkan tegas.
Sinta menatapnya, matanya basah oleh rasa syukur.
"Terima kasih, Dok. Ayah pasti bahagia melihat ini."
5. Rahasia yang Tersingkap
Beberapa bulan kemudian, Arkan berhasil mempublikasikan penelitiannya di jurnal internasional. Dunia ilmiah gempar: penemuan luminoferin alami dari bunga Mata Kucing dianggap sebagai terobosan dalam terapi regeneratif tanpa efek samping. Namun di balik keberhasilan itu, Arkan menemukan sesuatu yang lebih dalam.
Senyawa luminoferin ternyata hanya aktif jika bunga tumbuh di tanah tertentu, yaitu tanah di Lembah Sore, yang kaya mineral dan memiliki resonansi elektromagnetik alami. Ia menduga ada interaksi antara energi bumi dan getaran emosional manusia yang menumbuhkan "kesadaran biologis" dalam bunga itu.