Cinta Dengan Sekeping Luka.Â
Bagian 12
Oleh : MugiarniÂ
Ringkasan bagian 11
Mereka duduk di dekat air mancur, menatap dengan kagum dan terpesona. Suara gemercik air yang jernih seperti lagu yang tercipta khusus untuk mereka, mengalun dengan irama yang seiring dengan detak jantung mereka yang bersemangat. Purbaningrum memandang Aditya, dan dalam tatapan mereka tergambar cinta yang tak terucapkan namun begitu kuat.
Saat itu, mereka merasakan momen magis yang hanya bisa dialami bersama. Sejenak, waktu berhenti berputar dan mereka tenggelam dalam keindahan alam yang memeluk mereka dengan lembut. Semua kekhawatiran dan kesibukan seolah lenyap entah ke mana, digantikan oleh kehadiran yang tak ternilai dari pasangan hidup yang saling mencintai dan mendukung.
Purbaningrum dan Aditya berpegangan tangan, merasakan getaran energi yang saling terhubung di antara mereka. Mereka menghargai momen itu sebagai pengingat bahwa kehidupan tidak hanya tentang tugas dan tanggung jawab, tetapi juga tentang keindahan dan kebahagiaan yang dapat ditemukan dalam kebersamaan dengan orang-orang yang kita cintai.
Setelah air mancur berhenti mengalir dan kegelapan mulai menyelimuti taman, Purbaningrum dan Aditya melangkah perlahan meninggalkan tempat tersebut. Namun, keindahan dan keajaiban yang mereka alami tetap hidup dalam hati mereka, menjadi kilauan cahaya yang terus memancar dalam setiap langkah kehidupan mereka.
Dalam perjalanan pulang, mereka terus berbicara tentang pengalaman itu, mencoba mengabadikan setiap detail indah dalam kata-kata mereka. Mereka tahu bahwa momen-momen seperti itu adalah harta yang tak ternilai, dan mereka bertekad untuk terus menciptakan dan menghargai kebersamaan indah seperti itu dalam setiap kesempatan yang diberikan oleh kehidupan. Purbaningrum dan Aditya memutuskan untuk menyimpan foto-foto dan kenangan dari hari itu, sebagai pengingat yang selalu mengembalikan mereka ke momen keajaiban yang mereka alami bersama.
Ketika mereka tiba di rumah, suasana yang hangat dan penuh cinta menyambut mereka. Anak-anak mereka dengan riang melompat-lompat, memberikan pelukan yang penuh kasih kepada kedua orang tua mereka. Purbaningrum merasa syukur dan berterima kasih atas kehadiran keluarganya yang membawa kedamaian dan kegembiraan ke dalam hidupnya.