Mohon tunggu...
Mufti Riyani
Mufti Riyani Mohon Tunggu... Dosen - Pembelajar dan Penjelajah

Belajar dari apa saja, dari siapa saja, tentang apa saja.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Di Warung Kopi: Surga dan Neraka Ditimbang

11 Januari 2021   09:42 Diperbarui: 11 Januari 2021   10:20 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Orang kampung, katamu

Tergelak 

lelucon menjadi tak lucu 

Menertawakan kebodohan

Sebab bagi mereka

kemeja dan celana licin laundry

tanda mereka digolongkan

Sebagai penarik keledai, pemantik api

Mengarus papan catur

Meracau disela asap mengepul

Bidak politik, dimana letak benteng

kader partai yang mati mendadak

dan kepada siapa pencuri kursi

di antara deret yang mengucap sungkawa

dengan jas dan kacamata hitam

kata mereka

Nampak tolol memenangkan pergulatan

Cerita di warung kopi

Tindih menindih saban hari

Kalaulah hari hujan lalu berpelangi

Menyeduh kopi adalah ritual

menghangatkan mentari

jika siang garang

menguapkan embun dengan kejam

mengaduk kopi adalah mantra puja puji

menenangkan tanah menari

menertawakan kegelian hari

 

Di antara meja digelar sesaji suci

layar sentuh beberapa inchi

lewat jendela

mereka menimbang

neraka, surga, sesat atau lempang

Langsa, 08-10-2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun