"Gue nggak pernah niat nyakitin lo!"
"Tapi lo tetap lakuin!" suara Elvano naik. "Lo tetap ambil dia, dan lo tetap pura-pura jadi sahabat gua!"
Rafa berdiri, panik. "Udah, Van. Jangan di sini."
Fahrezy ikut berdiri. "Van, Bar, kalian sahabat. Ini bisa dibicarain."
"HAHAHA sahabat sahabat lagi!. Sahabat ta* anjin*" Elvano teriak. "Gua capek jadi lem yang nyatuin circle, tapi nggak pernah punya tempat di tengahnya!"
Laura mulai nangis. "Aku... aku nggak tahu, Van..."
Viona berdiri, suaranya gemetar. "Kamu nggak tahu karena kamu nggak pernah lihat. Kamu terlalu sibuk bahagia sama Bara sampai lupa ada orang yang diem-diem nahan semuanya."
Bara menatap Elvano, nafasnya berat dan matanya merah. "Kalau lo ngerasa dikhianatin... yaudah. Anggap aja gue bukan temen lo lagi."
Elvano menatap Bara tajam. "HAHA, ada ya orang setol*l ini, sehat sehat deh otak lo."
Hening. Nggak ada yang berani ngomong. Bahkan angin pun terasa berhenti.
Elvano ambil tasnya, lalu pergi tanpa menoleh.