"Lintang." suara Gischa cukup pelan namun membuat Lintang terkejut.
"Eh.. iya," jawab Lintang tersipu.
"Kamu ngelamunin apa, Tang? Dari tadi dipanggil nggak denger.." sungut Gischa setengah menggoda.
"Mikir pacarnya." Anan menimpali yang membuat pipi Lintang bersemu merah.
"Jangan-jangan pengen nikah tuh, Mas.. Gimana kalau kita carikan jodoh."
Lintang tercekik mendengar ucapan terakhir Gischa. Ah.. sahabatnya itu ternyata tak berubah soal gurauan. Selalu saja penuh kejutan setiap kata yang keluar dari mulutnya.
"Apa sih kalian ini," ujar Lintang salah tingkah
"Udah-udah, ayo pulang! Aku lapar nih.." Gischa menepuk-nepuk perutnya  lucu. Dengan sigap Anan segera mendorong kursi roda Gischa. Lintang mengekor di belakang dengan perasaan yang masih mengharu biru
"Tang, kamu nggak keburu pulang, kan? Kita makan dulu, yuk!" Gischa memohon manja.
"Oh ya.. udah lama kita nggak makan makanan laut. Lintang pasti tahu tempat makanan laut yang enak," ujar Gischa merayu Anan.
"Kok kamu masih inget aja sih makanan kesukaanku?"