"Apa tidak ada tindakan lain, Dok?"
Dokter Sonya menggeleng pelan, memahami benar keresahan seorang suami yang takut kehilangan istrinya.
"Tindakan kedua berupa Imonoglobulin Intravena, yaitu menyuntikkan Gamaras melalui infus. Dan hanya bisa dilakukan bila tindakan pertama telah berhasil."
Anan meninggalkan ruangan Dokter Sonya dengan langkah gemetar. Bahu laki-laki kekar itu terguncang hebat, bendungannya jebol, wajahnya basah oleh lelehan air mata,  begitu takut, tak tahu harus berbuat apa. Laki-laki itu  takut kehilangan Gischa, terbayang Hamzah yang baru berumur satu bulan masih membutuhkan ASI dan kasih sayang ibunya.
Dipandanginya tubuh lemah Gischa, yang terbaring tak berdaya dengan begitu banyak selang dan tabung menancap di tubuhnya, berfungsi sebagai dengan alat bantu. Â Bahkan untuk bernapas pun harus dengan tabung yang dipasang di lehernya.
Selama Gischa dirawat sesekali Anan membawa Hamzah untuk menemuinya dan meletakkan di dadanya. Walau Gischa tak dapat memeluk Hamzah, tapi Anan yakin Gischa bisa merasakan dekat dengan bayinya. Anan berharap dengan cara itu, Gischa akan terbangun kembali.
Walau sejauh ini belum ada tanda-tanda Gischa sadar dari komanya, bahkan makin memburuk. Dokter Sonya hanya mengangkat tangan dengan mimik yang tak bisa diartiikan, harapan hidup Gisch makin tipis. Mungkin hanya mujizat Sang Kuasa yang bisa merubah keadaan.
Malam itu Anan berdiri di samping ranjang Gischa, menatap dengan perasaan lantak wajah perempuan yang begitu dicintainya itu. Tubuh Gischa makin nampak ringkih dengan selang dan tabung pernapasan yang terpasang di lehernya. Wajahnya makin tirus hingga menampakkan tulang pipinya menonjol. Kalau saja ia bisa menggantikan posisinya..
Anan menghela napas panjang, ia butuh udara segar untuk menenangkan ricuh pikirannya. Melangkah meninggalkan ruangan, membawa beban berat yang terasa makin menindihnya. Â Ia berjalan menyusuri lorong rumah sakit. Enam minggu Gischa mengalami koma, selama itu pula hidupnya seperti layang-layang yang diterbangkan angin tak tentu arah.
Ada tarikan yang menggerakkan kakinya menuju Masjid di area Rumah Sakit. Selama ini Anan hampir tak pernah sholat jamaah di Masjid, walau selalu tepat menjalankan sholat lima waktu, tapi hampir tak pernah berakhir khusuk karena harus berkejaran dengan janji bertemu klien dan urusan lain.
Anan mengambil wudhu dan menunaikan sholat Isya. Kali ini sujudnya lebih panjang, matanya menatap kosong hamparan sajadah di hadapannya.
"Apabila seorang hamba memiliki banyak dosa, sedangkan ia tidak memiliki suatu amalan di luar amalan wajib yang dapat menggugurkan dosanya tersebut, maka Allah pun akan memberikan ujian untuk menggugurkan dosanya  jika ia bersabar"