Mohon tunggu...
Tari Abdullah
Tari Abdullah Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Nama lengkap Mudjilestari tapi lebih sering disapa dengan Tari Abdullah profesi sebagai penulis, conten creator, dan motivator. Ibu dari 4 anak berstatus sebagai single parent. Berdarah campuran sunda - jawa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Cinta Tak Bersyarat

4 Juni 2020   06:46 Diperbarui: 4 Juni 2020   06:52 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi/cinta/photo: doc.pri

Seseorang menepuk pundaknya lembut, pelahan Anan mendongakkan kepala. Sepasang mata tua, tengah menatapnya dengan teduh. Laki-laki dengan gamis putih, wajahnya bersih dengan jenggot yang hampir seluruhnya dipenuhi uban, namun menampakkan kearifan luar biasa.

Anan tak berani menatap terlalu lama, segera ia menunduk kembali merasakan kalimat laki-laki tua itu begitu menohok hatinya. Benar selama ini ia tak pernah melakukan kebaikan. Mungkin inilah teguran atas maksiat yang sering ia lakukan. Matanya mendadak panas,.

"Mas, seringkali ketika kita mendapat musibah, kita merasakan beratnya beban yang menghimpit, seakan kita tak sanggup memikulnya. Kita sering mengeluh, protes, putus asa, padahal kalau kita mau sabar, ikhlas atas ketetapan-Nya sesungguhnya dalam setiap musibah itu ada kebaikan di dalamnya. Yakin setelah musibah akan ada rahmat dan ampunan."

Anan makin menunduk, kali ini air matanya tak terbendung, ia mulai terisak lirih

"Bencana itu senantiasa menimpa orang mukmin entah pada dirinya sendiri, anak, istri, suami dan hartanya. Dan musibah-musibah itu akan menjadi penghapus dosa-dosa yang pernah dilakukan. Allah menguji dengan sakit, kehilangan, kesempitan, bahkan ketika kaki tertusuk duri pun jika kita ikhlas, akan menjadi penggugur dosa."

 "Astagfirullah.." Anan mengucap istigfar lirih.

"Namun untuk bersikap sabar, ikhlas ketika mendapat musibah juga tidak mudah, Mas. Karena Iblis laknatullah sangat tidak suka jika kita dekat dengan Allah  dan mendapat kemurahan dari Allah, sehingga iblis akan  melakukan apa saja untuk menjauhkan kita dari Allah agar kita tidak mendapat rahmat ampunan."

Laki-laki tua itu menepuk-nepuk punggung Anan, yang tengah menangis sesegukan. Tiba-tiba Anan merasa begitu takut, satu persatu ingatan tentang dosa dan maksiat yang pernah dilakukan bersliweran dalam benaknya. 'Ya, Allah.., ternyata ujian yang Kau beri adalah teguran atas maksiat dan dosaku selama ini. Betapa bodoh aku yang tidak pernah instropeksi diri, tapi justru mengeluh dan menyalahkan keadaan.'

"Banyak-banyak istigfar, Mas. Karena ketika kita sudah nggak tahu lagi harus berdoa apa, istigfar akan mewakili semua doa," ujar laki-laki tua itu lagi.

"Apa yang harus saya lakukan, Pak? Saya ini banyak dosa, saya ini banyak maksiat di masa muda." Anan merintih dengan tatap mengiba.

"Lakukan sholat taubat, Mas. Bertaubatlah dengan taubatan nasuha, berjanji pada Allah untuk tidak mengulangi lagi. Selebihnya pasrahkan semua pada Allah. Dialah sebaik-baik yang menggenggam kehidupan. Ingat, Mas! Allah itu pencemburu, jika kita mencintai sesuatu atau seseorang melebihi cinta kita pada Allah, maka Dia akan mengambilnya dengan segala cara."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun