Anan makin menunduk hingga kepalanya nyaris menyentuh lututnya yang dalam posisi bersila, Â bahunya terguncang oleh tangisnya yang tak terbendung.
"Satu lagi, jangan mendikte Allah untuk menyelesaikan masalahmu, tapi mintalah agar Allah menguatkan imanmu agar kuat menghadapi ujian-Nya."
Anan mengangguk, hatinya terasa lebih tenang. Benar, selama ini ia hanya menuntut, tapi tak pernah melakukan kebaikan kecuali mengeluh, bahkan atas rejeki yang selama ini ia dapatkan ia sering merasa kurang dan kurang...
Laki-laki itu memeluk Anan erat sambil mengusap-usap punggungnya, seakan dengan cara itu ia mengambil sebagian beban yang menyesak dalam dada Anan.
"Semoga Allah ridho dengan taubatmu, dan memberikan pertolongan-Nya," bisik laki-laki itu lalu melepas pelukannya dan melangkah meninggalkan Anan yang tenggelam dalam penyesalan yang  menghujam batinnya.
Sesaat kemudian Anan tersadar, ia menoleh mencari sosok laki-laki itu untuk mengucap terima kasih dan menanyakan namanya, sepertinya ia masih banyak membutuhkan pencerahan dari laki-laki tua itu. Tapi yang dicari  seperti lenyap ditelan bumi, tak nampak jejaknya. Anan mengejar dan mencari ke setiap sudut Masjid, tapi tak ada tanda-tanda keberadaan laki-laki itu.
Anan keheranan, menghela napas panjang. Lalu melangkah mengambil wudhu, menunaikan sholat taubat, menghabiskan malam dalam sujud penyesalan dan  tenggelam dalam audiensi yang panjang kepada sang pemiliknya.
Gischa membuka mata pelahan, pandangannya berkabut, ia mengerjab beberapa kali, melihat sekeliling ruangan, cahaya matahari pagi menerobos celah jendela kaca dan tirai yang semuanya berwarna putih.
"Gischa.." Anan yang pertama kali melihat Gischa membuka mata segera masuk ke dalam. Ia memeluk istrinya bahagia. Badannya bergetar dan tangisnya pecah dalam syukur. Allah telah mengabulkan doanya, ia merasakan keajaiban yang luar biasa. 'Apakah pertanda Allah menerima taubatku semalam' bisik hatinya. Anan segera meraih bel di sebelah tempat tidur, memanggil perawat.
"Mas.," ucap Gischa lemah.
"Ya sayang," ucapnya sambil tersenyum, jemarinya dengan cepat menghapus air matanya. Pelahan ujung jari Gischa mulai bisa bergerak.