Bisakah Admin Kompasiana Dipercaya?

Aku mulai dari soal sakit gigi.  Sebab saat mulai menulis, aku sedang sakit gigi.  Kata dokter gigi mengoreksi, "Sakit gusi, bukan gigi." Terserah akulah. Yang sakit kan aku, bukan dokter gigi.  Orang sakit gigi dikoreksi. Emosilah!

Ketimbang sakit gigi, aku lebih suka sakit gatal-gatal.  Sebab gatal-gatal masih bisa dinikmati, merem-melek, dengan menggaruknya. Walau harus terukur.  Jangan macam monyet; garuk sampai luka.

Ada juga teknik garuk lain.  Garuk sampai hilang, bersih.  Itu keahlian Satpol PP.  Jangan dicontoh.  Kamu pasti emosi bila digaruk Satpol PP.

Baca juga: Siapa Sajakah Anak Emas Kompasiana?

Ya, emosi.  Itu yang mau kubicarakan di sini.  Emosi pada Admin K karena gak bisa dipercaya.

Akhir-akhir ini banyak kompasianer yang emosi pada Admin K.  Gara-garanya K-Rewards Agustus 2025 gak kunjung nongol. Padahal kompasianer sudah berharap-harap cemas.  Akhirnya, karena tak ada kabar, emosi kompasianer meletus juga.  Admin K dianggap PHP, atau K ditengarai mau bangkrut.  Padahal  bangkrut itu mahal juga, lho.

Aku bisalah membayangkan emosi para kompasianer.  Aku pernah pada posisi itu.  Dulu, ya, dulu sekali.  Aku mendapat notifikasi dari Admin K tentang kemungkinan mendapatkan K-Rewards.  Maka kutraktirlah teman-teman sesama petani makan soto Mas Karso. "Ntar bayarnya, kalau K-Rewards udah cair," janjiku pada Mas Karso.

Semprul pangkat lima.  Saat pengumuman K-Rewards, namaku gak tercantum.  Utang soto belum terbayar. Mas Karso selalu melotot setiap kali berpapasan.  Siapa gak emosi, coba!

Baca juga: Aku adalah Sawah yang Berbagi

Bentar dulu.  Gusiku nyut-nyutan, nih.  Kebawa emosi masa lalu.

Oke, lanjut.  Jadi soal K-Rewards itu, gak usah percaya pada Admin K.  Gak bisa dipercaya soalnya.  Entah soal jumlah ataupun tanggal cairnya.  

Lagian apa dasarnya percaya pada Admin K?  Atas dasar kenal?  Kolusi, dong!  Atau karena masih saudara?  Nepotisme, dong!